conti Ordinary Girl: Depresi pada Remaja

Selasa, 12 Mei 2015

Depresi pada Remaja



Di dalam psikologi, dikenal perilaku- perilaku menyimpang dari perilaku yang normal sebagai gejala dari gangguan mental. Penyimpangan perilaku ini dapat disebabkan oleh adanya kelainan psikis pada orang yang bersangkutan. Tetapi bisa juga disebabkan adanya stressor yang dari luar maupun lingkungan yang mempengaruhi.
Kata depresi sudah lama di kenal dalam istilah psikilogi, depresi itu sendiri merupakan respon normal terhadap berbagai strees kehidupan dan depresi dapat di anggap abnormal bila sudah di luar jangkauan atau kewajaran dan berlanjut terus sampai saat-saat dimana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali dalam kondisi dan lingkungan yang semakin penuh dengan peristiwa yang memberikan stres, mudah sekali orang untuk mengalami gangguan depresi.
Menurut para ahli kesehatan, ternyata penduduk Indonesia cukup banyak menderita gangguan mental. Maraknya kasus bunuh diri merupakan fenomena puncak gunung es para penderita depresi.

Kita perlu mengetahui teori depresi, karena boleh jadi gangguan kejiwaan ini tanpa sadar diderita oleh orang-orang dekat kita, atau bahkan mungkin oleh diri kita sendiri. Kita perlu mengetahui apa itu depresi, apa gejala dan penyebabnya, lalu bagaimana cara mengatasinya.


Depresi
Depresi adalah penyakit suasana hati / gangguan mood, suatu kondisi emosional yang berkepanjangan, yang mempengaruhi seluruh proses mental seseorang (Rice P.L., 1992). Proses mental sendiri meliputi kegiatan berpikir, berperasaan dan cara berperilaku seseorang.

Berawal dari stres yang tidak ditangani dengan baik, seseorang dapat mengalami depresi. Dimulai dengan rasa sedih yang mendalam, kehilangan semangat serta kegembiraan, mudah lesu, aktivitas terganggu hingga berakibat pada gangguan kesehatan. Yang paling parah, depresi mengakibatkan rasa putus asa, menyebakan hidup ini tidak ada gunanya, bahkan dapat membunuh diri sendiri entah dengan bunuh diri maupun narkoba. Menurut para ahli jiwa, 50% penderita depresi mempunyai pikiran untuk bunuh diri, dan 15% dari mereka semua benar-benar melakukannya.

Menurut sarlito sarwono (2012) depresi disebut juga dengan unipolar disorder cirinya adalah low mood yaitu perasaan murung, kehilangan gairah untuk melakukan hal hal yang dilakukannya. Bisa terjadi sekali, sebentar, sering, selama hidup, bisa mendadak berat.

Depresi pada orang normal dapat diartikan sebagai keadaan murung (kesedihan , patah hati, dan patah semangat) yang ditandai dengan rasa tidak puas, menurunya aktivitas, dan pesimisme di dalam mengadapi masa datang. Sedangkan depresi secara abnormal dapat diartikan sebagai ketidakmampuan yang ekstrim untuk merespon stimulus dan disertai menurunnya nilai diri, ketidakmampuan, delusi dan putus asa. (Chaplin, 1995)

Atkinson (1991), depresi merupakan respon normal terhadap berbagai stress kehidupan, depresi dianggap abnormal bila di luar kewajaran dan berlanjut terus sampai saat-saat dimana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali, dalam kondisi dan lingkungan yang semakin penuh dengan peristiwa yang memberikan stres, mudah sekali orang untuk mengalami gangguan depresi.


 

Depresi dan berkurangnya kesejahteraan psikologis merupakan permasalahan kesehatan yang utama pada orang muda (Allgower dkk, 2001), ditambahkan oleh Herber & Runyon (1984) yang menyatakan bahwa perasaan depresi merupakan pengalaman yang cukup umum di kalangan mahasiswa, diperkirakan kurang lebih satu dari empat mahasiswa Amerika menderita beberapa simtom depresi, mengutip hasil penelitian Beck & Young (Harber & Runyon, 1984) dikatakan tiga perempat dari seluruh mahasiswa merasa depresi selama beberapa waktu pada masa sekolah, hal ini dapat terjadi mengingat banyaknya masalah yang menghadang keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dan terbukanya peluang bagi mahasiswa untuk mengalami simtom-simtom depresi karena berbagai masalah yang mungkin timbul, seperti adaptasi terhadap situasi dan kondisi kampus, tugas yang menumpuk, tuntutan akan nilai yang bagus, dan lain sebagainya.



Kesehatan Mental Remaja : Depresi pada Remaja
Beberapa Indikator dan Penyebab Masalah kesehatan Mental Remaja
Selain orang dewasa, remaja pun dapat mengalami kesehatan mental yang secara umum dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaan, dan tingkah laku. Masalah inilah yang dapat menyebabkan seorang remaja mengalami kegagalan studi, melakukan perilaku yang menyimpang, melakukan kriminalitas, dan lain-lain. Kesehatan mental yang sering dialami oleh remaja diantaranya depresi, rasa takut, rasa cemas, hiperaktif, gangguan makan, gangguan tidur, dan lain-lain. Dan dalam hal ini saya membahas tentang Depresi pada Remaja.

Depresi pada remaja adalah kondisi serius yang bisa mempengaruhi emosi, pemikiran dan kelakuan. Meskipun depresi pada remaja secara medis tidak berbeda dengan depresi orang dewasa, remaja seringkali memiliki gejala dan tantangan yang unik. Masalah-masalah seperti tekanan dari teman, pengharapan akademik dan perubahan bentuk tubuh bisa menjadi masa naik-turun secara emosi bagi remaja. Tapi bagi beberapa remaja, masa-masa turun secara emosi ini bukan perasaan yang sesaat tapi sampai menjadi tanda-tanda depresi. 

Depresi ini juga dinamakan dengan depresi besar atau gangguan depresi besar, depresi besar bukan kelemahan atau sesuatu yang bisa diatasi dengan kekuatan keinginan saja. Seperti depresi pada orang dewasa, depresi pada remaja adalah kondisi kesehatan yang bisa menyebabkan konsekuensi yang buruk . namun, bagi sebagian besar remaja, gejala depresi pada remaja bisa hilang dengan perawatan misalnya dengan pengobatan konseling psikologis.

Syamsu Yusuf dalam bukunya yang berjudul Mental Hygiene menjelaskan apa indikator dan penyebab masalah kesehatan mental, yaitu :

Indikator Masalah Kesehatan Remaja
1.      Gangguan Perasaan
• Perasaan sedih dan tak berdaya
• Sering marah-marah atau bereaksi yang berlebihan terhadap sesuatu
• Perasaan tak berharga
• Perasaan takut, cemas atau khawatir yang berlebihan
• Kurang konsentrasi
• Merasa bahwa kehidupan ini sangat berat
• Perasaan pesimis menghadapi masa depan

2.      Gangguan Perilaku
• Mengkonsumsi alkohol atau obat-obat terlarang
• Suka mengganggu hak-hak orang lain atau melanggar hukum
• Melakukan perbuatan yang dapat mengancam kehidupannya sendiri
• Secara kontiniu melakukan diet atau memiliki obsesi untuk memiliki tubuh yang langsing
• Menghindar dari persahabatan atau senang hidup sendiri



Penyebab Masalah Kesehatan Mental Remaja
1. Faktor biologis, seperti: genetika, ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh, menderita penyakit kronis, dan kerusakan system syaraf pusat.
2. Faktor psikologis, misalnya: frustasi, konflik, terlalu pesimis, kurang mendapat atau bahkan tidak mendapat kasih sayang, dan kurang mendapat pengakuan dari kelompok.
3. Faktor lingkungan, seperti: merebaknya film-film porno, film bertema kejahatan dan pornoaksi, mudahnya mendapatkan minuman keras, obat-obatan terlarang, mudahnya mendapatkan alat kontrasepsi yang tidak terkontrol, majalah porno, kehidupan hedonistik, materialistik, merebaknya premanisme, kurang kontrol sosial, salah berteman, dan sebagainya.

Sebagai pencegahannya mari kita mulai dari lingkungan terkecil terlebih dahulu yaitu keluarga untuk mampu menanamkan pemahaman moral, norma-norma budaya dan agama sebagai benteng dan pedoman dalam berperilaku serta mengontrol keadaan sosialnya tanpa harus mengekangnya.





Depresi pada Remaja
Apa itu Depresi?
Seorang remaja yang terlihat tidak gembira merupakan hal yang biasa. Namun, perlu diwaspadai bila perasaan tidak bahagia tersebut terus berlanjut sampai lebih dari dua pekan. Ada banyak alasan mengapa seorang remaja merasa tidak bahagia. Lingkungan yang penuh tekanan dapat memicu depresi. Dengan adanya depresi, dapat muncul perasaan merasa bersalah, menurunnya performa di sekolah, interaksi sosial, menyimpangnya orientasi seksual, maupun terganggunya kehidupan remaja di keluarganya.

Menurut American Psychiatric Association, depresi merupakan suatu gangguan mental yang spesifik yang ditandai dengan adanya perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, merasa bersalah, lambat dalam berpikir, menurunnya motivasi untuk melakukan aktivitas, dan lain-lain. Mengapa depresi banyak dialami oleh remaja. Hal ini disebabkan karena remaja cenderung memperhatikan citra tubuhnya, rentan mengalami peristiwa yang penuh stress, mengalami tekanan dalam penyesuaian diri dalam berinteraksi dengan orang lain.
Hinton (1989) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan hormonal, perubahan tingkat dan pola hubungan sosial sehingga remaja cenderung mempersepsikan orangtua secara berbeda. Remaja yang mengalami depresi akan menjadi apatis dan menyalahkan dirinya sendiri sehingga merasa tidak butuh dengan pertolongan.



Penyebab dan Gejala Depresi
Depresi pada remaja disebabkan oleh kombinasi antara faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
Faktor –faktor predisposisi adalah :
1. Genetik
Menurut Birmaher (1998) anak-anak yang memiliki orangtua depresi maka akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi pada usia remaja bila dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki orangtua depresi.

2. Pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
Pengalaman ini didapat ketika anak mengalami perlakuan yang tidak adil dari orangtuanya, atau hidup dalam keluarga yang tidak harmonis yang dapat menyebabkan goncangan emosi yang memicu respon fisioligis dan psikologis yang mengakibatkan depresi.

Faktor-faktor presipitasi adalah peristiwa-peristiwa hidup yang penuh stres seperti sekolah, relasi dengan teman atau orangtua, pekerjaan, cinta, kematian orangtua, perselisihan dengan orangtua, kemarahan, mengalami kekerasan dalam keluarga, dan lain sebagainya.

Gejala awal berasal dari tanda-tanda pada mental atau psikis. Orang yang depresi akan kehilangan kepercayaan dirinya dan selalu berpikiran negatif pada segala hal, termasuk pada dirinya sendiri. Para penderita gangguan mental ini sangat mudah tersinggung, sensitif, sering marah, nampak sering muram dan sedih, cenderung pendiam dan menyendiri, serta suka menghindari kegiatan sosial atau aktivitas yang melibatkan orang lain. 

Karena sensitif, orang ini akan mudah pula mempunyai pikiran bahwa dirinya tidak berguna, rasa bersalah berlebihan, dan merasa mempunyai beban yang berat. Kondisi mental ini bisa terjadi karena berbagai kegagalan yang mereka alami, kehidupan yang tidak sesuai dengan yang mereka idamkan, atau merasa mempunyai tanggung jawab yang besar. 

Gejala fisik dapat ditunjukkan dengan lesu, malas walaupun pada aktivitas yang tadinya ia sukai. Sulit tidur atau malah terlalu banyak tidur. Susah makan, mungkin terjadi banyak makan pada gejala awal, tetapi akan sulit makan pada depresi tingkat lanjut. Pasif dan suka menyendiri. Susah berkonsentrasi sehingga menurunkan produktivitas kerja atau sulit belajar pada anak sekolah dan mahasiswa, di samping karena hilangnya motivasi hidup. Karena selalu berpikiran dan berprasangka negatif, orang yang depresi menjadi mudah lelah dan sakit.Tentu saja gejala psikis dan fisik tadi akan berpengaruh pada kehidupan sosial mereka. Perangai yang mudah tersinggung, mudah marah, penyendiri, dan mudah lesu sering kali membuat mereka dijauhi orang lain. Belum lagi prasangka yang negatif pada orang lain, kurang percaya diri, minder ketika berkomunikasi, tidak nyaman dalam aktivitas sosial, menimbulkan masalah interaksi sosial yang cukup berat bagi mereka.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi, seperti karena mendapatkan musibah, kehilangan anggota keluarga, masalah keluarga, kehilangan pekerjaan. Maupun karena faktor yang lebih bersifat medis, seperti faktor genetis, menderita penyakit yang kronis, efek samping dari obat, gangguan mental setelah melahirkan, dan lainnya.

Depresi pada remaja sering terjadi bersamaan dengan masalah-masalah kelakuan dan masalah kesehatan mental lainnnya misalnya kegelisahan atau gangguan kekurangan perhatian/gangguan hiperaktif (ADHD).
Namun intinya, kondisi mental atau kejiwaan yang kurang kuat yang menjadi penyebab utama mengapa seseorang mengalami gangguan mental ini.



Faktor risiko
Meskipun penyebab pasti depresi masih belum diketahui, beberapa faktor seperti bisa meingkatkan risiko timbulnya atau memicu depresi pada remaja, termasuk di antaranya:
·        Wanita--- depresi lebih sering terjadi pada wanita etimbang pada pria
·        - Mengalami peristiwa hidup yang bisa membuat stres, misalkan kematian orang yang dicintai Pernah mengalami penyiksaan fisik atau penyiksaan seksual
·        Pernah menjadi korban atau menyaksikan kekerasan
·         Memiliki orangtua tegas yang mudah menyalahkan atau menghukum
·          Perceraian orangtua
·         Memiliki gangguan kecemasan
·         Memiliki kondisi medis yang parah misalnya diabetes dan asma
·         Memiliki saudara dengan sejarah pecandu alkohol
·         Memiliki keluarga yang pernah melakukan tindakan bunuh diri
·         Memiliki teman atau hubungan personal sedikit
·         Mempunyai karakteristik kepribadian tertentu, misalnya rasa pecaya diri yang rendah atau sangat  
         bergantung, rendah diri atau pesimis
·         Penyalahgunaan alkohol, narkoba dan penggunaan obat-obatan
·         Tertarik dengan sesama jenis---yang mana bisa menimbulkan depresi terkait dengan tekanan sosial yang 
         negatif dan konflik batin dalam diri.
·         Obesitas, yang menyebabkan penilaian oleh orang lain dan membuat percaya diri rendah.


Komplikasi
Depresi yang tidak diobati bisa menimbulkan masalah emosi, kelakuan, dan masalah kesehatan yang bisa memengaruhi setiap aspek dalam kehidupan remaja anda, komplikasi yang terkait dengan depresi remaja bisa termasuk :
·           Penyalahguaan alkohol dan obat-obatan terlarang
·          Kegelisahan
·           Masalah pada akademik di sekolah
·           Konflik keluarga
·           Terisolasi dari lingkungan sosial
·           Bunuh diri


Dampak Depresi pada Remaja
Depresi dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi penderita yang mengalaminya seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, sekolah, mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, bahkan hingga tindakan bunuh diri seperti yang dialami Riska. Namun untungnya tindakan bunuh diri yang ia lakukan dapat segera dicegah.

Remaja yang depresi hanya mengurung diri di kamar, kehilangan rasa percaya diri, kehilangan semangat hidup, kreativitas, antusiame, dan optimisme. Mereka juga tidak mau berbicara dan berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative tentang diri sendiri dan tentang orang lain, sehingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, mereka seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya dan sebagainya.


Tanda-tanda peringatan bahwa anak remaja mungkin berjuang dengan depresi:
·         Kesedihan, merasa tersakiti atau marah yang terjadi selama dua minggu atau lebih
·         Kemampuannya di sekolah menadi buruk atau seringkali tidak masuk sekolah
·         Membicarakan tentang kabur dari rumah atau berusaha melakukan hal tersebut
·         Kehilangan mnat pada teman dan keluarga
·         Berkonflik dengan teman-teman atau anggota keluarga
·         Sangat sensitif pada penolakan dan kesalahan
·         Merasakan terus menerus bahwa masa depannya pasti muram dan suram
·         Penampilan seperti orang yang tak terurus misalnya pakaian compang-camping dan rambut berantakan
·         Kelakuan nekat
·         Penggunaan alkohol dan obat-obatan




Solusi Depresi
Jangan malu untuk berkonsultasi pada psikiater atau psikolog. Biasanya dari para ahli ini kita akan mendapatkan solusi dan terapi. Tidak jarang juga disertai dengan obat anti depresi yang tentu saja harus digunakan di bawah pengawasan dari dokter.

Tips lain yang sebenarnya lebih mudah adalah selalu berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan bersyukur, berpasrah, bersabar, dan menjalankan apa yang dititahkan-Nya.

Usahakan untuk selalu bersosialisasi, menikmati aktivitas kebersamaan hingga merasa nyaman dan menyenangkan. Jangan biarkan diri orang yang depresi terus menyendiri dan pasif. Sibukkan diri dengan kegiatan yang positif dan yang dapat kita lakukan dengan baik.

Tak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru yang akan membuat kita termotivasi, namun jaga jarak dahulu pada perubahan besar yang bisa membuat beban pikiran yang berat. Manjakan diri dengan istirahat yang cukup, baik fisik maupun pikiran. Biasakan selalu berpikiran positif, terbuka, berprasangka baik pada diri dan orang lain. Coba menjalani hidup dan aktivitas sehari-hari dengan lebih santai dan tenang.
Hal lain yang cukup signifikan membantu penyembuhan adalah dengan dukungan orang terdekat. Dengan selalu berkomunikasi dan mengeluarkan semua permasalahan pada mereka, sehingga akan mendapatkan pemecahan masalah yang lebih objektif. Andaikan tidak mendapat solusi, dengan menceritakannya saja akan menurunkan tingkat depresi yang dialami.

Seseorang yang semakin lama mengalami depresi, semakin lemah daya tahan mentalnya, energinya dan semangatnya terkuras habis, semakin terdistorsi pola pikirnya, sehingga dia tidak bisa melihat alternative solusi, tidak bisa melihat ke depan, seperti tidak mempunyai harapan. Dan inilah yang menyebabkan remaja melihat bahwa bunuh diri menjadi solusi satu-satunya.
Teknik pengobatan dan perawatan depresi sangat tergantung kepada jenis dan penyebab dari depresi yang dialami. Terdapat berbagai jenis obat antidepresan yang bisa digunakan dan beberapa penanganan yang bisa dilakukan sendiri.

Perubahan hidup seperti sering berolahraga dan mengurangi konsumsi minuman beralkohol dapat memberikan keuntungan bagi penderita depresi. Anda juga bisa bergabung dengan kelompok-kelompok terapi untuk berbagi cerita dan saling memberi dukungan.
Untuk mengatasi depresi, solusi yang baik adalah dilakukannya psikoterapi, karena dengan psikoterapi remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahnnya dan melihat potret diri secara lebih obyektif.
Perawatan untuk menangani seseorang yang depresi adalah jika depresi itu murni tidak diperlukan perawatan, depresi ini terjadi sesekali, sebentar dan ringan. misalkan remaja yang tidak boleh malam mingguan oleh orang tuanya. Depresi yang memerlukan perawatan adalah depresi yang lama dan berat seperti contoh kasus yang tadi sehingga menggangu kehidupan sosial orang yang bersangkutan, termasuk menggangu pekerjaan, pelajaran atau pergaulan. Biasanya dilakukan psikoterapi atau psikiater untuk memberikan obat anti depresan. Psikoterapi juga ditujukan untuk untuk membangun pola pikir yang positif, rasional, dan membangun strategi adaptasi yang sehat dalam menghadapi masalah. Keterbukaan remaja dalam mengemukakan masalah yang dihadapinya akan sangat membantu proses penyembuhan dirinya. Namun, dukungan dari sekitar, keluarga dan masyarakatlah sangat membantu dalam mengurangi maupun menghilangkan depresi. dengan berbagi cerita masalah kehidupannya. Saling mengerti dan memahami satu sama lain. Dan sebagainya.
Akibat dari depresi yang paling parah adalah kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Cobalah untuk selalu berbagi cerita kepada orang-orang terdekat Anda tentang masalah yang sedang dihadapi. Penderita juga sangat disarankan untuk menemui dokter terutama jika depresi telah berlangsung lama atau parah. Makin dini penanganan depresi, kemungkinan pemulihan secara menyeluruh bisa didapatkan.

Beberapa metode terapi yang dapat dilakukan bagi remaja yang mengalami depresi, yaitu :
1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
CBT digunakan untuk memeperbaiki distorsi kognitif dalam memandang diri dan masa depan sehinmgga akan memunculkan suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa dirinya mampu untuk mengatasi masalah tersebut.

2. Psychodinamic Psychotherapy
Terapi ini digunakan untuk membantu remaja memahami, mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi konflik yang sedang dialami.

3. Interpersonal Psychotherapy
terapi ini digunakan untuk mengatasi depresi yang diosebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau trauma, dan mengatasi kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.

4. Terapi Supportif
Terapi suportif digunakan untuk mengurangi taraf depresi.

Keberhasilan terapi sangat ditentukan oleh banyak factor seperti usia remaja saat awal mngalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua, dan kondisi keluarga. Maksudnya adalah apakah orangtua juga menderita depresi atau tidak, kemudian ada tidaknya konflik dengan keluarga, atau apakah kehidupan yang dijalani penuh stress atau tidak, dan sebagainya.
Selain itu, terapi keluarga juga diperlukan untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi. Mengapa terapi ini diperlukan? Karena dalam terapi ini, keluarga remaja yang depresi ikut mendiskusikan bagaimana cara yang terbaik untuk mengurangi sikap saling menyalahkan, orangtua remaja juga diberi tahu seluk beluk kondisi anaknya yang depresi sehingga diharapkan orangtua dan anggota keluarganya akan membantu dalam mengidentifikasi gejala-gejala depresi anaknya dan menciptakan hubungan yang lebih sehat.




Pengobatan dan suplemen herbal
Sejumlah pengobatan dan suplemen herbal telah ditemukan untuk depresi. Misalnya :
-          St. John's wort. Dikenal dengan Hypericumperforatum. Ini jenis obat herbal yang digunakan selama berabad-abad untuk merawat berbagai penyakit, termasuk depresi. Obat ini tidak disetujui oleh Badan Administrasi Obat dan Makanan (FDA) untuk merawat depresi di Amerika. Malahan obat ini dikategorikan sebagi suplemen makanan. Bagaimanapun, obat ini popular di Eropa. 

-         SAMe. Cara penyebutannya “sam-EE” adalah bentuk sintetis yang terjadi secara alami di dalam tubuh. Namanya kependekan dari S- adenosylmethionine. Seperti juga St. John's wort, SAMe juga tidak disetujui oleh FDA untuk mengobati depresi. Bagaimanapun, obat ini dugunakan di Eropa dalam resep pengobatan depresi. 

-         Asal lemak omega-3. Konsumsi makanan kaya omega-3 atau dengan mengonsumsi suplemen omega-3 bisa membantu menghilangkan depresi dan juga memiliki beberapa keuntungan bagi kesehatan. Ikan yang hidup di perairan dingin dan suplemen minyak ikan adalah sumber yang baik untuk omega-3. Omega 3 juga dtemukan pada kacang walnut, biji rami, dan beberapa jenis makanan lainnya
Beberapa suplemen---termasuk St. John's wort dan SAMe---bisa terganggu dengan obat anti depresi.

Pengobatan Alternatif
Strategi pengobatan alternatif untuk depresi termasuk suplemen-suplemen dan teknik pikiran-tubuh, ini adalah beberapa cara alternatif yang biasa digunakan untuk depresi:


Hubungan pikiran dan tubuh
Hubungan antara pikiran dan tubuh telah dipelajari selama beratus tahun. Ahli komplementar dan pengobatan alternatif percaya bahwa pikiran dan tubuh harus memiliki satu harmoni agar Anda bisa tetap sehat.

Teknik tubuh-pikiran yang digunakan untuk menyembuhkan gejala depresi adalah :
-          Akupuntur
-          Yoga
-          Meditasi
-          Terapi pijat
-          Teknik mengkhayal terpadu
Seperti juga suplemen, berhati-hatilah menggunakan teknik tersebut .
Anda harus mengerti ketentuan risiko dan juga kegunaan terapi sebelum mengajak remaja menggunakan terapi tersebut. Untuk cara aman, diskusikan dengan dokter sebelum anak menggunakan obat herbal atau suplemen---terutama St. John's wort atau SAMe. Tanaman pada pikiran Anda, pengobatan alternatif bukanlah pengganti dari mengobatan konvensional atau pengobatan psikologis.



Pemikiran bunuh diri
Jika anak remaja memiliki pemikiran untuk bunuh diri, segera carilah pertolongan. Sejumlah langkah yang bisa dilakukan antara lain:
-        Hubungi anggota keluarga atau teman untuk memberikan dukungan pada remaja
-        Carilah dokter, penyedia jasa layanan kesehatan mental atau layanan kesehatan mental lainnya
-        Bicaralah pada konselor atau ajak anak untuk berbicara pada seseorang yang profesional mengatasi depresi pada remaja.
-        Hubungi ulama, pendeta, tokoh agama atau seseorang yang berkenaan dengan agama/kepercayaan Anda untuk meminta nasihat.







Mengatasi dan mendukung pengobatan 
Doronglah remaja Anda untuk melakukan berbagai hal berikut:
·         Buat dan jagalah pertemanan yang baik. Hubungan positif bisa meningkatkan kepercayaan diri anak dan tetap berhubungan dengan orang lain. Dukung anak untuk menghindari hubungan dengan orang yang sikap dan kelakuannya dapat memperburuk depresi. 

·         Tetap aktif. Berpartisipasi pada olahraga, aktivitas sekolah atau pada sebuah pekerjaan bisa membantu anak fokus pada hal positif---daripada perasaan dan kelakuan buruk. 

·         Mintalah bantuan. Anak remaja bisa menolak mencari dukungan saat hidup terasa berat. Berikan dukungan pada anak untuk bicara pada keluarga atau pada otang yang dia percaya kapanpun dia membutuhkannya. 

·         Jadilah orang yang realistis. Banyak remaja menilai diri mereka ketika mereka tidak mampu untuk hidup lebih baik pada keadaan yang tidak realistis---secara akademis, secara atletis atau dalam penampilan, misalnya biarkan anak mengetahui bahwa tidak apa-apa jika menjadi orang yang tidak sempurna. 

·         Buatlah hidup anak menjadi lebih simpel. Berikan dukungan pada anak untuk memilih kewajiban dan komitmennya dan buatlah tujuan yang rasional. Beri tahu anak bahwa tidak apa-apa jika memiliki kekurangan saat diri merasa tak bersemangat. 

·         Rencanakan waktu anak. Bantu anak merencanakan aktivitasnya dengan membuat daftar atau gunakan orang sebagai perencana agar rencana tetap terjaga. 

·         Beri dukungan kepada anak agar menjaga jurnal prbadi. Membuat jurnal dapat memperbaiki suasana hati dengan membiarkan anak remaja mengekspresikan perasaan dan mengatasi rasa sakit, kemarahan, atau emosi lainnya. 

·         Berhubungan dengan orang lain yang juga menderita depresi. Berbicara dengan remaja lain yang juga mengalami masalah yang sama bisa membantu untuk mengatasi depresi. Kemampuan belajar untuk menghadapi tantangan dunia juga bisa membantu anak menghadapi depresi. Grup lokal pendukung kesembuhan orang-orang depresi terdapat di berbagai komunitas, dan grup pendukung untuk depresi tersedia secara online/ di internet. Satu tempat yang baik untuk mencoba adalah aliansi penyakit mental (Alliance on Mental Illness). 

·         Tetap sehat. Pastikan anak konsumsi makanan sehat, makan secara rutin, olahraga rutin dan mendapat cukup tidur. Ini adalah prioritas---memberikan dukungan kepada anak untuk tidak menghindari hal-hal ini karena kegiatan sosial, tanggung jawab sekolah dan permintaan-permintaan lainnya.



Gaya Hidup & Perawatan di Rumah
Depresi biasanya bukan penyakit yang mudah diobati sendiri. Namun ada beberapa langkah-lagkah yang bisa digunakan oleh anda dan anak remaja:
·         Berikan semangat pada anak remaja untuk bertahan pada rencana pengobatannya. Pastikan bahwa anak remaja hadir dalam setiap sesi atau perjanjian terapi psikologis, bahkan saat si anak tidak ingin hadir. Meskipun anak merasa tak enak badan, pastikan dia melanjutkan pengobatan sesuai resep yang diberikan. Jika anak berhenti melakukan pengobatan, gejala depresi bisa kembali. Menghentikan pengobatan juga bisa menyebabkan gejala seperti ditarik kembali ke masa depresi. 

·         Belajar tentang depresi. Pelajaran tentang pengobatan anak bisa menguatkan dan memotivasi anak untuk tetap menjalankan pengobatan. Hal itu juga memberkan keuntungan kepada Anda dan keluarga untuk mempelajari tentang depresi remaja. Konseling yang fokus pada psikoedukasi/pendidikan psikologis. 

·         Perhatian tanda-tanda peringatan. Bekerjasamalah dengan dokter anak atau ahli terapi untuk mempelajari tentang apa yang bisa memicu gejala depresi. Buatlah rencana, jadi Anda dan anak tahu apa yang harus dilakukan jika gejala depresi menjadi lebih buruk. Mintalah kepada keluarga dan teman-teman untuk mengawasi tanda-tanda peringatan terjadinya depresi. 

·         Pastikan anak cukup olahraga. Latihan fisik yang ringan bisa mengurangi gejala-gejala depresi. 

·         Bantu anak menghindari alkohol dan obat-obatan. Anak remaja anda mungkin merasa bahwa alkohol dan obat-obatan bisa mengurangi gejala depresi, tapi dalam jangka panjang, alkohol dan obat-obatan bisa membuat gejala depresi menjadi lebih buruk dan membuat depresi lebih sulit disembuhkan. 

·         Pastikan mendapat cukup tidur. Cukup tidur adalah hal yang penting bagi remaja khususnya remaja yang depresi. Jika anak memiliki masalah susah tidur, bicarakan dengan dokter tentang langkah apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.



Pencegahan
Tidak ada pencegahan yang pasti untuk mencegah depresi. Namun, pastikan anak mengambil langkah untuk mengendalikan stres, untuk meningkatkan keceriaan dan mengurangi rasa percaya diri yang rendah. Pertemanan dan dukungan sosial, terutama di waktu krisis, akan sangat membantu mengatasi depresi. Sebagai tambahan perawatan pada tahap awal munculnya gejala bisa membantu mencegah depresi agar tak menjadi lebih buruk. Beberapa remaja harus mengonsumsi obat secara berkelanjutan bahkan setelah gejala depresi hilang, atau menjalankan sesi terapi utuk membantu mencegah gejala depresi datag kembali.



Masukan Bagi Orangtua
Menjadi orang tua dari seorang remaja merupakan suatu tantangan tersendiri. Beberapa teknik komunikasi akan sangat diperlukan dan membantu orangtua dalam membasarkan anak remaja.
• Ketika mendisiplinkan anak, tidak dengan cara menghukum dan membuatnya malu. Ganti hukuman dengan membantu anak memberikan solusi dengan cara yang baik. Hukuman dan rasa malu dapat membuat seorang remaja merasa tidak berguna.

• Biarkan anak remaja anda melakukan kesalahan. Sikap overproteksi atau orang tua yang selalu mengambil keputusan membuat remaja membuat mereka yakin bahwa mereka tidak memiliki kemampuan. Hal ini dapat membuat kepercayaan dirinya berkurang.

• Berikan ruang bagi remaja untuk ‘bernafas’. Jangan mengharapkan mereka melakukan sesuatu sama persis sesuai keinginan orang tua.

• Tidak memaksa anak untuk memiliki kegiatan dan pengalaman yang sama dengan anda sewaktu remaja dahulu.

• Jika anda mencurigai bahwa anak mengalami depresi, berikan waktu untuk mendengarkan masalahnya. Meskipun ana berfikir bahwa masalahnya bukanlah permasalahan serius. Membuka komunikasi antara orang tua dan anak merupakan hal penting, apalagi ketika anak memperlihatkan gejala menutup diri.

• Luangkan waktu untuk mendengarkan masalah mereka tanpa kritikan ataupun menghakimi.

• Jangan pula meremehkan apa yang mereka rasakan, kadang remaja mempunyai reaksi yang berlebihan terhadap suatu masalah tetapi sebaiknya orang tua coba mengerti bahwa apa yang mereka rasakan benar terjadi.

• Kadang remaja tidak mencari saran ataupun solusi atas masalah mereka, lebih kepada dukungan dan penerimaan saja, jadi apapun yang terjadi yakinkan sang remaja bahwa anda akan selalu mendampingi dan membantu mereka kapanpun diperlukan

• Begitu sang remaja merasa siap untuk menyampaikan masalah mereka, jangan potong dengan interupsi ataupun berusaha mengatur, dengarkan saja cerita mereka.





CONTOH KASUS :
Contoh kasus pada remaja yang depresi karena di bullying oleh temannya di sekolah.
“Suatu malam pasangan Bramono dan Tari terkejut melihat Riska (14) duduk di jendela kamar lantai 11 apartemen mereka dengan satu kaki menjuntai ke luar seperti posisi ancang-ancang hendak melompat.
Setelah peristiwa yang nyaris membawa bencana itu, mereka membawa Riska ke psikolog. Baru mereka tahu, Riska mengalami depresi karena sering diejek ”gendut” oleh teman-temannya di sekolah.
Kalau saja Bram dan Tari terlambat, bisa jadi Riska menyusul Linda (15), siswa kelas II SLTPN di Jakarta, yang gantung diri di kamar tidurnya, Juni 2006. Linda mengalami depresi karena diejek teman-temannya karena ia pernah tidak naik kelas.”

Dari sedikit contoh kasus di atas kita bisa melihat bahwa Riska mengalami tekanan kerena sering diejek oleh teman-temannya kemudian berlanjut menjadi depresi dan berujung ingin mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari apartemennya.

Apabila kita tinjau dari segi perkembangan kognitif Elkind, maka Riska sedang mengalami yang dinamakan pemikiran yang belum matang yang dikarakteristikkan dengan idealisme dan kekritisan. Dimana para remaja memimpikan dunia yang ideal, dan mereka menyadari betapa jauhnya mereka dengan dunia nyata. Riska bisa sampai depresi akan bentuk tubuhnya yang gendut karena ia sangat tidak nyaman dengan bentuk tubuhnya, ia berfikir bahwa bertubuh langsing adalah bentuk tubuh ideal yang dialami kebanyakan remaja termasuk teman-temannya. Sehingga Riska mempersepsikan penampilannya sendiri dengan negatif. Persepsi terhadap penampilan sendiri ini disebut dengan citra tubuh. Kohlberg dalam teori kognisi sosialnya mengatakan bahwa kematangan biologis dan pengalaman sosial seseorang dapat mempengaruhi cara berpikirnya. Jadi dalam kasus ini, Riska sebagai remaja belum mencapai kematangan kognisi, biologis maupun pengalaman sosial sehingga menyebabkan dia berpikiran bahwa mati lebih baik daripada ia harus menahan malu karena diejek oleh teman-temannya.

John W. Santrock menuliskan dalam bukunya Adolescence “pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam kehidupan mereka”.
Pandangan Santrock tersebut tidak lepas dari pandangan kognisi sosial mengenai bagaimana remaja mengamati lingkungan sosialnya. Remaja mulai mengembangkan perbendaharaan figur. Bila sebelumnya orangtua adalah figur yang penting bagi remaja, sekarang teman sebaya tidak kalah penting bagi perkembangan remaja. Dalam hal ini Riska menganggap bahwa tubuh ideal adalah tubuh seperti yang dimiliki teman-temannya.

Menurut Erikson (1968) pada tahap perkembangan psikososial, tugas utama remaja adalah memecahkan krisis identitas vs kebingungan identitas untuk dapat menjadi orang dewasa unik dengan pemahaman akan diri yang utuh dan memahami peran nilai dalam masyarakat. Namun, hal ini tidak terjadi pada Riska, dimana ia tidak bisa menjalankan tugas perkembangan psikososialnya karena ia belum bisa memahami dan menerima dirinya secara utuh dan apa adanya.

Nah, bila tadi kita membahas perkembangan remaja dari segi korban (Riska), sekarang marilah kita analisis perilaku yang ditampilkan oleh teman Riska yaitu mengejek Riska “gendut”.
Merujuk teori perkembangan kognitif Jean Piaget, teman-teman Riska melakukan ejekan terhadap Riska karena pada saat remaja inilah mereka menggunakan kemampuan kognisi untuk memformulasikan bahasa olok-olok yang satire (ironis). Menurut Piaget perkembangan kognitif remaja juga membawa dampak pada penggunaan bahasa dalam kehidupan bersosialisasi mereka.




Daftar pustaka :
Feist, Jess. Feist,Gregory J. (2011) Teori Kepribadian 2. Jakarta: Salemba Humanika
Sarwono, Sarlito W. (2012) Pengantar Psikologi Umum. Cet 4. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Riyanti, Dwi B.P, Hendro Prabowo (1998) Psikologi Umum 2. Jakarta : Universitas Gunadarma
Human Development I s/d IV dan V s/d IX.Papalia, Diane E.2008.Kencana.Jakarta.
http://www.dokterdigital.com/id/penyakit/234_depresi-pada-remaja.html


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar