conti Ordinary Girl: September 2012

Sabtu, 29 September 2012

Fenomena Macet

Kemacetan di Jakarta juga berperan besar atas segala keterlambatan yang terjadi. Kenapa sih orang Indonesia terobsesi untuk pamer bahwa mereka punya mobil? You know what pissed me off when I was in the middle of traffic? Yaitu mobil-mobil besar yang jumlahnya melebihi kapasitas rumah di Jakarta dan isinya cuma SATU orang. Jadi, kalau ada 10 orang yang keluar rumah, maka akan ada 10 mobil juga yang keluar (ˇ_ˇ")

 

Aku mencoba memahami alasan mereka memilih memakai mobil sendiri ketimbang kendaraan umum, tapi di saat yang sama, aku juga menemukan argumen untuk alasan-alasan itu. Jadi, rata-rata orang yang memilih menggunakan mobil pribadi di Jakarta adalah karena alasan-alasan di bawah ini:

1. Lebih hemat karena cuma perlu isi bensin beberapa hari sekali dibanding naik kendaraan umum setiap hari yang harus bayar minimal Rp2000.

Well, memang benar, sih. Tapi, nggak ada salahnya kan berbagi uang mu ke para kondektur bus, supir taksi, tukang ojek, dan berbagai kendaraan umum lainnya ketimbang isi bensin melulu. Kalau ada 5 orang yang memutuskan untuk memilih naik kendaraan umum hari ini ketimbang naik mobil pribadinya, paling nggak sedikit dari kemacetan di Jakarta akan teratasi dan kita juga jadi berbagi rejeki senang

2. Lebih nyaman, terutama kalau mobilnya ber-AC. Meski terjebak di kemacetan berjam-jam, mereka nggak perlu kepanasan dan kalau mobilnya bagus, mereka bisa dengerin musik dll.

Kalau ada yang beralasan seperti diatas, itu hanya membuktikan bahwa Kamu adalah makhluk egois. Kamu kehilangan pula kesempatan untuk mempelajari hal-hal kecil yang hanya  bisa didapat kalau kau naik kendaraan umum, misal; kalau kamu naik bus umum dan nggak ada kursi yang tersisa, lalu kamu melihat seorang tua atau wanita hamil yang berdiri, maka naluri kemanusiaan mu akan diuji, apakah kamu akan mementingkan kenyamanan mu semata atau memberikan kursi mu ke orang yang lebih membutuhkan. Hal semacam ini nggak akan kamu dapat di dalam mobil pribadi.

3. Gengsi yang tinggi

Pejabat-pejabat di Jepang masih naik sepeda atau kereta ke kantor, lho!  Beda dengan orang Indonesia yang meski jabatannya belum terlalu tinggi aja, mereka merasa perlu untuk menunjukkan ke masyarakat kalau mereka bermobil, bla bla bla karena mereka adalah Pejabat. Enggak cuma Pejabat, Mahasiswa, Entertain, Anak sekolah pun seperti itu-__- Kayaknya kalau Artis naik kendaraan umum itu nggak cocok. Kayaknya kalau orang kaya nggak naik Mobil kemana-mana itu ada yang salah. Mobil malah jadi bahan untuk bergaya, layaknya pakaian bagus yang harus dipamerkan. Pikiran macam ini yang membuat jalanan Jakarta makin penuh, seiring dengan bertambahnya jumlah pejabat, orang kaya, dan artis yang ada di Ibukota. Padahal, artis sekelas Yamapi aja masih naik kereta kemana-mana :|

Masih banyak alasan yang mendasari kenapa orang-orang memilih naik mobil pribadi ketimbang kendaraan umum, tetapi aku malas juga untuk menuliskannya Haha  (ˆ⌣ˆ)♉ Yang membuat aku tertawa adalah, orang-orang ini mengeluhkan macet, tapi mereka masih nggak mau berhenti naik mobil sendiri. Orang-orang yang naik mobil besar SENDIRIAN itu mengeluh jalanan terlalu padat, padahal yang membuat jalanan padat adalah MEREKA SENDIRI. Duuuh duuuuuh berkesah

Daaaan, lebih Menyedihkan adalah, Kemacetan di Jakarta sudah dinalai semacam budaya oleh Negara Asing. Memalukan banget, masa kemacetan jadi budaya bangsaaaa? waduh!

Pemuja Rahasia



Haruskah ini terjadi berulang kali dalam hidupku?
Tak bisa lagi kudapatkan seseorang yang ku 'cintai'.
Lagi-lagi, hanya bisa berharap kosong.
Menyadari bahwa aku tidak cukup baik untuk kau sukai.
Tak cukup layak untuk kau dampingi.
Aku hanya bisa memandang dan mengintai keindahanmu
Mengubur dalam-dalam rasa ini
Kau tak tahu bahwa kaulah penyebab galau hatiku
Tak perlulah kau tahu
Aku tak ingin kau tahu
Aku takut, kau akan semakin menjauh jika kau tahu
Rasa yang kusimpan untukmu
Cukup aku sajalah yang mencintaimu
Mengagumi sifatmu
Menyayangi kurang dan lebihmu
Biarlah begini, diam-diam saja~

PESIMISTIS~ BODOH!


Aku tidak ingin bersikap, bersifat, ataupun berpikir pesimistis. Bahkan, aku sangat membenci mereka yang berpesimis seperti itu. Tapi, kali ini aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikir pesimis. Aku, lagi-lagi, entah untuk yang keberapa kalinya, melakukan kesalahan yang sama -,-v

BODOH!

Untuk apa kuingatkan diriku berkali-kali jika selalu begini jadinya? Lalu, yang lebih bodoh lagi, aku membandingkan diriku dengan mereka. Orang-orang hebat itu. Dan menjadi semakin pesimis. Bodoh! Apa yang kupikirkan? Membandingkan diri dengan mereka? Ingin melakukan hal yang mereka bisa lakukan. Ingin menjadi hebat.

BODOH!

Lalu, apakah jika aku melakukan apa yang mereka lakukan, akan membuat orang-orang sedikit melihat ke arahku?

Akuuuu, selalu berusaha untuk menjadi diri sendiri dengan segala kenaifan dan kecerobohanku. Aku ingin membuktikan kata-kata yang mengatakan bahwa "Menjadi diri sendiri akan membuat kita lebih dihargai dan dicintai". Tapi, kenapa tidak terjadi kepadaku? Apakah karena diriku yang sebenarnya memang tidak cukup baik dibandingkan orang lain? Ataukah memang sudah tak ada lagi orang yang memandang orang lain secara apa adanya? Dan pertanyaan ini pun kembali muncul di benakku: Seberapa berhargakah aku sebenarnya? Layakkah aku disandingkan dengan orang-orang itu? Ataukah ini hanya persepsiku sendiri yang menganggap diriku telah dicintai. Menyedihkaaaan~

KEGAGALAN




Kesalahan. Kegagalan. Mereka pasti akan terus mengikutimu dalam hidup. Tak mungkin tidak. Karena dunia berputar. Ada saat kita di bawah, dan ada saat kita berada di atas. Semua orang tahu itu. Berbagai macam kegagalan kita alami. Kegagalan cinta. Kegagalan dalam pelajaran. Kegagalan dalam rumah tangga. Kegagalan dalam mengejar cita-cita, ban sebagainya.

Aku mengenal banyak sekali orang-orang yang pernah gagal. Namun, orang-orang yang pernah gagal itu banyak. Dan itu adalah hal yg biasa. Yang luar biasa adalah, orang yang pernah gagal, tapi ia berhasil bangkit dari keterpurukan.

Bukan hal aneh kalau setelah mengalami sebuah kegagalan yang luar biasa, orang menjadi marah, kecewa, dan hampir saja menyerah. Tapi, apakah dengan begitu dapat mengubah kegagalan kita? TIDAK. Meratapi kegagalan secara berkepanjangan tanpa melakukan sesuatu tentang itu hanya akan membuat kita menjadi Pecundang!

Aku mengenal banyak orang yang pernah gagal. Orang-orang yg punya impian yg sama, yakni mengejar PTN Favorit, lalu belajar bersama kawan-kawan yang sudah seperti saudara, dan lalu di akhir perjuangan, mereka Gagal. Terlebih lagi, mereka gagal di tengah kawan-kawan mereka yg berhasil. Hal itu Menyakitkan, PASTI. AMAT SANGAT MENYAKITKAN!

Sebagian dari Mereka itu sempat menghilang untuk beberapa saat. Tentu saja kita mengerti. Mereka butuh waktu untuk mengatasi kekecewaan. Mereka mungkin seperti orang-orang lainnya. Mengeluh pada Tuhan. Bertanya-tanya apa yang salah. Dan merasa tidak adil. Tapiiii, mereka tidak begitu untuk waktu yg lama. Mereka bangkit. Dan memutuskan untuk mencoba lagi. Berdamai dgn kegagalan dan menjadikannya sebagai pelajaran yg berharga. Lalu tanpa lelah mereka mencoba untuk mengejar lagi cita-cita yg sempat gagal itu. Dan menjatuhkan segala ego dan rasa malu. Mereka mencoba lagi dan lagi dan lagi. Hingga akhirnya, kawan-kawanku itu, akhirnya sekarang meraih apa yg telah mereka impi-impikan dulu.

Memang, mereka butuh waktu lebih lama dari orang-orang lainnya. Tapi mereka berusaha. Mereka TAK MENYERAH pada nasib. Mereka tidak lari. Dan sesungguhnya, mereka itulah orang-orang yg berhasil senang

Aku, tak sehebat mereka. Aku pun tak pernah mengalami hal yg mereka alami. Aku hanya anak dengan pengalaman hidup minim yg terus mendengar cerita dari orang-orang di sekitarku, lalu mempelajarinya. Aku bahkan tidak tahu, apakah aku bisa seperti mereka jika mengalami hal yg sama. Entahlah.Tapi yg pasti, aku amat sangat mengagumi mereka yang pernah gagal tapi tak pernah menyerah untuk mencobanya lagi. Mungkin, karena aku ingin jadi sehebat mereka, tapi belum benar-benar bisa -,-


"Ever tried. Ever failed. No matter. Try again. Fail again. Fail better." -Samuel Beckett

GURU



 


 


Menurutku, menjadi seorang guru adalah sesuatu yg luar biasa. Luar biasa. Bagaimana tidak? Guru adalah Seseorang yang mengajarkan kita ilmu baru. Dan jika ilmu yang mereka ajarkan dapat kita gunakan dengan baik, meski sekecil apapun ilmu itu, maka pahala seorang guru itu akan mengalir terus tanpa henti hanya karena satu ilmu yg diajarkannya. Dan kita semua tahu, bahwa Guru tak pernah mengajarkan kita hanya satu ilmu saja.

Sayangnya, di masa ini, tak semua orang bisa menghargai Guru. Bahkan, sebagian besar mereka lebih sering mengina dan menganggap enteng guru-guru itu. Menganggap mereka tidak penting. Bersikap sombong dan merasa bahwa ilmu yg mereka ajarkan itu tidak berguna. Aku pun, secara jujur, pernah melakukan hal seperti itu. Merasa kesal karena tugas yg terlalu banyak, dan tak ingin dinasehati, ckckck... dasar anak muda jaman sekarang *melirik diri sendiri* Untungnya, hanya sebatas itu saja. Aku berusaha untuk selalu menghargai mereka dan tak pernah melawan. Meski sesekali melanggar atura-aturannya juga sih *cuma sedikit*  menjulurkan lidah

Memang, menjadi Guru adalah Sesuatu yang LUAR BIASA. Tetapi sayang, tak semua orang bisa menjadi Guru yang sebenarnya. Dan mungkin itu jugalah menyebabkan anak-anak jaman sekarang merasa malas untuk menghargai mereka. Yang kita lihat di televisi, bukanlah prestasi-prestasi guru-guru itu, melainkan BERITA BURUK tentang mereka. Seperti Guru yang melecehkan anak Muridnya, guru yang berbuat kasar pada anak didiknya, guru yang Korupsi uang Sekolah, dan berbagai berita sejenis lainnya. Maka otak-otak anak muda yang masih Labil itu jadi mudah terpengaruh dan berpikir bahwa Guru itu bukan hal yang baik sedih


Bu Muslimah yang asli mendapat penghargaan dari SBY

\
Tapi, bukan berarti kita menganggap bahwa semua Guru seperti itu. Kita harus melihat dan menilai mereka dari hati juga. Hanya karena seorang Guru membentak kita, lalu kita marah dan menganggapnya jahat. Padahal, mungkin saja semua itu adalah kesalahan kita yang tak kita sadari atau terlalu gengsi untuk mengakui. Mengenai Guru yg memukul muridnya, lalu kita secara emosi langsung melaporkannya kepada media demi harga diri. Coba kita lihat ke diri sendiri. Mungkin ada kesalahan kita yang sangat keterlaluan sehingga membuat Guru itu lepas kendali. Bagaimanapun, Guru itu manusia juga dan ingin dihargai serta punya batas kesabaran. Kecuali Guru itu selalu melakukan kesalahan yg sama setiap saat, barulah kita boleh melaporkannya.

Lalu, bagaimana sebenarnya Guru yg sebenarnya itu?

Haha, aku tak mau sok tau juga, karena aku belum pernah menjadi Guru dan ilmuku belum cukup luas mengenai itu. Tapi melihat dari beberapa pengalamanku, Guru yg baik, menurutku adalah mereka yg bisa mengajarkan kita tanpa pamrih. Mereka yg menyayangi murid-muridnya dgn hati dan bersikap selayaknya orang tua yg sebenarnya kepada murid-muridnya saat mereka harus bersikap seperti itu, dan bukannya karena tuntutan pekerjaan. Guru yg baik adalah mereka yg bisa berteman dengan murid-muridnya tanpa membeda-bedakan. Guru yg baik adalah mereka yg mau membagi ilmu mereka sekecil apapun, dalam kondisi seperti apapun, dengan ikhlas. Guru yg baik, adalah mereka yg bisa selalu mempercayai murid-muridnya dalam keadaan apapun. Guru yg baik, adalah mereka yg bisa membangkitkan semangat dan kepercayaan diri kepada anak-anak didiknya. Guru yg baik, adalah mereka yg bisa melindungi murid-muridnya dalam keadaan apapun. Dan terakhir, Guru yg baik adalah mereka yg tak hanya mengajarkan teori, melainkan juga mengenai nilai-nilai kehidupan malaikatsenang