conti Ordinary Girl: Hubungan Kegelisahan dengan Pengharapan

Minggu, 17 November 2013

Hubungan Kegelisahan dengan Pengharapan

Nama : Chairunnisa
Kelas : 1PA02
NPM : 11513863

 

KEGELISAHAN

 Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas, dan sebagainya. Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut. Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisah. Apabila kegelisahan ini cukup lama hinggap pada manusia, akan menyebabkan suatu gangguan penyakit. Kegelisahan (ancienty) yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia. Kegelisahan selalu menunjukan kepada suasana negatif atau ketidak sempurnaan, tetapi mempunyai harapan. Dikatakan negatif atau ketidaksempurnaan karena menyentuh nilai –nilai kemanusiaan yang menimbulkan kerugian. Kegelisahan menunjukan kepada suasana positif dan optimis karena masih ada harapan bebas dari kegelisahan yang mendorong manusia mencari kesempurnaan dan mendorong manusiasupaya kreatif. Tragedi dunia modern tidak sedikit menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan hidup yang meningkat rasa individualistis dan egoisme,persaingan dalam hidup, keadaan yang tidak stabil, dan seterusnya. Kegelisahan dalam konteks budaya dapatlah dikatakan sebagai akibat adanya insting manusia untuk berbudaya, yaitu sebagai upaya mencari “kesempurnaan“ atau dari segi batin manusia, gelisah sebagai akibat dosa pada hati manusia. Tidak jarang akibat kegelisahan seseorang sekaligus membuat orang lain menjadi korbannya. Penyebeb kegelisahan dapat pula dikatakan akibat mempunyai kemampuan untuk membaca dunia dan mengetahui misteri kehidupan. Kehidupan ini yang menyebabkan mereka gelisah. Mereka sendiri tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga disebut kegelisan murni, yaitu tanpa mengetahui apa penyebabnya. Bentuk- bentuk kegelisahan manusia berupa keterasingan, kesepian, ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia.  Tentang perasaan cemas ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :

1. Kecemasan obyektif. 

Kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan, seperti anaknya yang belum pulang, orang tua yang sedang sakit keras, dan sebagainya.

2. Kecemasan neurotik (saraf).

Hal ini timbul akibat pengamatan tentang bahaya dari naluri. Contohnya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, rasa takut yang irasional semacam fobia, rasa gugup, dan sebagainya.

3. Kecemasan moral. 

Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi, antara lain : iri, benci, dendam, dengki, marah,takut, gelisah, cinta, rasa kurang (inferiot).

Setiap orang memiliki emosi, dan emosi penting bagi kemajuan. Namun, emosi tidak terbendung akan menyebabkan perasaan–perasaan cemas, gelisah, khawatir, benci dan perasaan negatif lainnya. Emosi diri sendiri seperti perasaan iri, dengki,dendam, hasud, marah, rendah diri, dan sebagainya. Sifat seperti rasa iri, benci, dengki, dendam dan sebagainya adalah sifat yang tidak terpuji, baik diantara sesama manusia, maupun dihadapan Tuhan. Dengan adanya sifat itu, seseorang akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah, dan putus asa.Uraian tentang penderitaan disini dianalogikan dengan perasaan gelisah (kegelisahan hati) sebagai akibat kecemasan moral. Untuk mengatasi kegelisahan ini(dalam ajaran islam), manusia diperintahkan untuk meningkatkan iman, takwa, dan amal shaleh. Seperti difirmankan : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ditempa kesusahan, ia berkeluh kesah, tetapi bila ia mendapatkan kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,mereka yang tetap mengrjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang miskin (yang tidak dapat meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap adzab Tuhannya.’’

Hanya dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan, maka hati gelisah manusia akan hilang. Mendekatkan diri bukan hanya dengan cara melalui hubungan vertikal dengan Tuhan, tetepi juga melalui hubungan horizontal dengan sesame manusia sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan sendiri.

Gelisah tergolong penyakit batin, istimewanya penyakit ini dapat menyerang siapasaja, darin golongan apa, dan bangsa apapun. Bila dibandingkan dengan rasa takut,daerah operasionalnya lebih luas. Sebab orang yang pemberani, tak mungkin diserangrasa takut, atau orang yang mempunyai obat penangkal takut tidak akan dijemahnya. Umpamanya orang yang tidak pernah mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut dituntut.

Penyakit hati yang satu ini berbeda dengan penyakit-penyakit yang ada di dalam tubuh kita. Sebab tiada kuman seperti penyakit biasa, obatnya pun tidak ada yang menjualnya. Kuman-kuman penyakit batin tak akan dapat dilihat dengan mikroskop, yang dapat melihat adalah hanya matahati orang bersangkutan. Jawaban yang paling tepat dengan penyakit yang satu ini adalah kita kembali kepada “iman”. Jelasnya bila iman seseorang itu tebal maka tidak akan kejangkitan penyakit atau perasaan gelisah. Sebab orang yang beriman kuat selalu ingat kepada Tuhan. Orang yang imannya kuat yakin benar bahwa apa yang akan terjadi atas dirinya itu sudah ada dalam suratan Tuhan. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib. Tidak ada yang mengetahuinya selain Dia ; dan Dia mengetahui apa-apa yang ada di lautan ; dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan sepengetahuan Dia ; dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau kering, melainkan sudah tertulis dalam kitab yang nyata.” (Q.S. Al-An’am : 59).

Disamping itu pula agar seseorang tidak menjadi gelisah, marilah kita selalu mengingat akan firman Allah yang tersirat dalam Al-Qur’an, surat Ar-Ra’d, ayat 28 yang artinya :

“Ketahuilah bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah hati akan menjadi tenang tentram.”



HARAPAN

Harapan berasal dari kata harap, artinya keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan  berarti sesuatu yang diinginkan  dapat terjadi. Dengan demikian  harapan menyangkut masa  depan.

Setiap orang mempunyai harapan. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya sebagai manusia. Manusia yang tidak mempunyai harapan berarti tidak dapat diharapkan lagi. Menurut kodratnya dalam diri manusia ada dorongan yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Dorongan kodrat itu ialah menangis, tertawa, berkata, berpikir, bercinta, mempunyai keturunan, dan sebagainya.Kebutuhan hidup ialah kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialah pangan, sandang, dan papan.sedangkan kebutuhan rohani ialah meliputi kebahagian, kesejahteraan, kepuasan hiburan dan sebagainya. Dalam mencukupi kebutuhan itu, baik kebutuhan kodrat maupun kebutuhan hidup manusia tak dapat mencapai sendiri, melainkan harus dengan bantuan orang lain. Berdasarkan dorongan kebutuhan kodrat dan kebutuhan hidup itu, maka orang mengharapkan agar kebutuhan hidup itu terpenuhi. Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham maslow mengatagorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam :
 

1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival).
2. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety).
3. Harapan untuk memperoleh hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai 
    (boliving and love).
4. Harapan memperoleh status atau untuk diterima atau diakui lingkungan.
5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self actualization).

 Kita ingat akan ibarat “Manusia tanpa cita-cita ibarat sudah mati sebelum ajal”, artinya orang yang tidak suka atau tidak mempunyai cita-cita atau harapan itu tak cita-cita atau harapan. Jadi,  harapan itu sifatnya manusiawi dimiliki oleh siapapun dan dari golongan apapun. Bila kita tinjau dari wujudnya dapat dikatakan tidak terhingga, namun bila dilihat dari tujuannya hanya ada satu, ialah hidup bahagia. Bahagia dunia dan akhirat.

Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing.  Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang bcrlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan”

            Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi tidak ada usaha, tidak pernah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai. Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A, lulus pun mungkin tidak (?)

      Seandainya harapan belum berhasil atau belum tercapai ia akan tetap bersabar tanpa mengurangi usahanya; sebab ia yakin Tuhan tidak akan mengubah nasibnya, bila ia sendiri tidak mau berusaha pada perubahan itu. Tidak ada kata-kata putus asa, sebab putus asa adalah perbuatan orang-orang yang ingkar pada Tuhan. Bila harapannya berhasil, maka ia harus meningkatkan rasa syukurnya namun bila belum berhasil, maka ia akan tetap bersabar dan bertawakal. Berharap agar hari esok lebih baik daripada hari ini memang hak dan kewajiban kita, namun kita harus selalu sadar bahwa harapan tak selamanya menjadi kenyataan.Yang penting marilah kita selalu ingat pesan Nabi Muhammad saw. :“Berusahalah untuk urusan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya; dan berusahalah untuk urusan akhiratamu seolah-olah kamu akan mati esok pagi.

            Harapan harus berdasarkan  kepercayaan,  baik kepercayaan  pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh.  Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.


 

Contoh Kasus :

Ibu Wita adalah seorang Istri dari Pak Randy. Pada saat malam hari, Pak Randy pergi ke Manado dengan  menggunakan pesawat, dan pada pagi harinya Ibu Wita menonton berita di televisi. Di berita televisi itu ditayangkan sebuah peristiwa pesawat jatuh, dan data korban-korban yang ada di dalam pesawat tersebut. Ibu Wita melihat ada nama suaminya di salah satu nama-nama korban  yang selamat yang ada di dalam pesawat. Pada saat itu juga Ibu Wita cemas, takut, gelisah dengan apa yang terjadi dengan suaminya, dan dengan peristiwa tersebut. Yang bisa Ibu Wita lakukan hanyalah  berdoa dan berharap agar suaminya tidak mengalami luka serius.

Untuk mengatasi kegelisahan, manusia diperintahkan untuk meningkatkan iman, takwa, dan amal shaleh. Seperti firman Allah SWT yang artinya : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, tetapi bila mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang–orang yang mengerjakan shalat, mereka yang tetap mengerjakan shalatnya, dan orang–orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang miskin (yang tidak dapat meminta), dan orang– orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang–orang yang takut terhadap adzab Tuhannya ”. (Q.S. Al-Ma’aarij : 19-27)

Hanya dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan dan memasrahkan diri kepada Tuhan, maka hati gelisah manusia akan hilang. Mendekatkan diri bukan hanya dengan cara melalui hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga melalui hubungan horizontal dengan sesama manusia sebagaimana yang diperitahkan oleh Tuhan.
 

Sumber Teori :
http://www.sarjanaku.com/2010/01/makalah-manusia-dan-kegelisahan.html

http://id.scribd.com/doc/30390466/Manusia-Kegelisahan-Dan-Harapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar