conti Ordinary Girl: Contoh Kasus Person Centered Therapy & Tekniknya

Rabu, 08 Maret 2017

Contoh Kasus Person Centered Therapy & Tekniknya



Contoh kasus 

Seorang wanita usia setengah baya datang ke tempat praktek seorang psikolog karena memiliki permasalahan dengan kehidupan rumah tangganya. Penampilan wanita ini cukup unik dengan rambut berwarna dan pakaian yang serba minim. Menyikapi hal ini tentu saja psikolog tidak boleh berprasangka terlebih dahulu seperti berpikir yang tidak-tidak mengenai klien ini, hal ini merupakan aplikasi dari salah satu formulasi penting menurut Roger yaitu anggapan positif tanpa syarat, di mana terapis harus menerima keberadaan klien apa adanya tanpa pembedaan baik dan buruk. Kemudian proses wawancara sebagai instrumen utama dilakukan,  klien mulai menceritakan masalah apa yang dihadapinya. 

Klien ini bercerita bahwa dirinya kurang dapat menikmati kebahagiaan hidupnya lagi akibat tekanan dan beban hidup. Selama mendengarkan keluh kesah klien ini, psikolog haruslah melakukan kongruensi, menyamakan pola pikirnya dengan pola pikir klien walau mungkin tidak sesuai, dengan anggapan bahwa klien adalah orang paling ahli dalam kehidupan dan masalahnya. Selain itu empati juga perlu dilakukan, psikolog mencoba ikut masuk dan merasakan apa yang dirasakan klien melalui keluh kesahnya. Terapis menggunakan perasaannya dalam menghadapi klien, dan terapis menjadi observer menggunakan seluruh inderanya. 


 

Proses ini harus berjalan dengan formal tetapi nyaman, dengan tetap memegang teguh etika.. Berikutnya psikolog mulai merancang program intervensi, tentu saja dengan persetujuan dan disesuaikan dengan keadaan klien, mengingat tugas psikolog / terapis adalah sebagai fasilitator pasif yang mendorong klien untuk bertanggung jawab dalam menentukan arah atau tindakannya sendiri dengan menciptakan iklim terapeutik. Program terapi yang nanti dituangkan dalam informed consent terkait frekuensi dan durasi terapi, biaya, penjadwalan, dan sebagainya. Semisal untuk intervensi kasus ini, psikolog memilih metode terapi relaksasi sehingga klien dapat memandang berbagai permasalahan dan beban hidupnya secara lebih positif dan dapat menjalaninya dengan lebih optimis. Setelah itu psikolog memberikan kata-kata penutup yang baik dan memotivasi sehingga klien dapat pulang dengan suasana hati yang lebih nyaman dan tenang.



Teknik terapi yang digunakan adalah adalah psikolog humanistik Carl Roger yang berkebangsaan Amerika yang berfokus pada hubungan tarapeutik dan mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien. Terapi ini cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis yang ada ketidakbahagiaan dalam dirinya, mereka biasanya akan mengalami masalah emosional dalam hubungan dikehidupannya, sehingga menjadi orang yang tidak berfungsi sepenuhnya.

Pendekatan humanistik Rogers terhadap terapi Person Centered Therapy membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien. Fokus dari terapi ini adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan-perasaan yang diungkapkan pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan-perasaannya yang lebih dalam dan bagian-bagian dari dirinya yang tidak diakui karena tidak diterima oleh masyarakat. Untuk memahami dengan baik terapi person-centered, maka penting sekali kalau orang memahami istilah-istilah tertentu yang selalu digunakan Rogers.

Terapi person-centered bersandar pada asumsi bahwa setiap orang memiliki motif aktualisasi-diri. Motif ini didefinisikan sebagai kecenderungan yang lekat pada semua orang (dan pada semua organisme) untuk mengembangkan kapasitas-kapasitasnya dalam cara-caranya yang berfungsi untuk mempertahankan atau meningkatkan orang itu. Jika motif diasumsikan ini tidak ada, maka fokus terapi person-centered pada non-directive akan menjadi persoalan (patut diragukan). Rogers berpendapat bahwa seorang terapis tidak boleh membuat sugesti-sugesti atau penafsiran-penafsiran dalam terapi karena dalam pandangannya motif aktualisasi akan menuntun pasien dengan sangat baik. Jika motif ini tidak ada, maka tidak ada alasan bagi terapis untuk menjadi non-directive.



Teknik-Teknik Terapi
Terapi ini tidak memiliki metode atau teknik yang spesifik, sikap-sikap terapis dan kepercayaan antara terapis dan klienlah yang berperan penting dalam proses terapi. Terapis membangun hubungan yang membantu, dimana klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau didistorsinya.

Terapis memandang klien sebagai narator aktif yang membangun terapi secara interaktif dan sinergis untuk perubahan yang positif. Dalam terapi ini pada umumnya menggunakan teknik dasar mencakup mendengarkan aktif, merefleksikan perasaan-perasaan atau pengalaman, menjelaskan, dan “hadir” bagi klien, namun tidak memasukkan pengetesan diagnostik, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya atau menggali informasi. Untuk terapis person centered, kualitas hubungan terapi jauh lebih penting daripada teknis. Terapis harus membawa ke dalam hubungan tersebut sifat-sifat khas yang berikut :
  • Terapis menerima pasien dengan respek tanpa menilai atau mengadilinya entah secara positif atau negatif. Pasien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan pasien untuk meningkatkan pemahaman dirinya dan perubahan yang positif.

  • Keselarasan (congruence). Terapis dikatakan selaras dalam pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa yang dikatakannya.

  • Terapis mampu melihat pasien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan juga kognitif.

  • Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini. Terapis mampu mengkomunikasikan penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada pasien sedemikian rupa sehingga membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi pasien.

  • Hubungan yang membawa akibat. Suatu hubungan yang bersifat mendukung (supportive relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari teknik-teknik diatas.



Referensi :
Bidin, Zanial, 2002. Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan Psikiatri. Bandung: PT Refika Aditama.
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Gunarsa, Singgih D. 1996. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Palmer, Stephen. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

2 komentar: