KESEHATAN
MENTAL
Kesehatan mental merupakan sehat secara mental,
sehat psikologis (penyesuaian diri terhadap psikis) seperti perasaan, pikiran,
dan kehendak yang berjalan secara seimbang. Berasal dari istilah Mental
hygiene. Ilmu kesehatan mental : ilmu yg memperhatikan perawatan mental/jiwa,
objek kajian, kondisi mental manusia dengan memandang manusia sebagai totalitas
psikofisik yang kompleks.
Menurut WHO, Kesehatan Mental didefinisikan sebagai
keadaan dimana individu merasa sejahtera.
Kesehatan mental yang baik ditandai dengan:
• Kemampuan individu mengetahui potensinya dan
memaksimalkan potensi tersebut
• Kemampuan individu mengatasi situasi menekan yang
dihadapinya
• Kemampuan individu untuk bekerja secara produktif
dan bermanfaat di tempat kerja,
keluarga,
komunitas, dan di antara teman
MENURUT PARA AHLI :
1. Schneiders:
ilmu kesehatan mental adalah ilmu yg mengembangkan & menerapkan seperangkat
prinsip yg praktis dan bertujuan utk mencapai & memelihara kesejahteraan
psikologis organisme manusia dan mencegah gangguan mental serta ketidakmampuan
penyesuaian diri.
2. Klein:
ilmu yg bertujuan untuk mencegah penyakit mental dan meningkatkan kesehatan
mental.
3. Thorpe:
suatu tahap psikologi yg bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesehatan
mental.
Ilmu Kesehatan mental itu lebih bersifat preventif
& memiliki tujuan untuk mencegah ketidakmampuan penyesuaian diri serta
peningkatan kesehatan mental. Dengan objek kajian utama ialah kondisi mental
manusia. Seseorang yang sehat secara mental akan memiliki kemampuan untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kenyataan sekitar.
Kesehatan mental merupakan hal yang sama pentingnya
dengan kesehatan fisik. Keduanya harus sama-sama dijaga. Dalam hidup, kita
memiliki masa-masa dimana kita merasa tertekan, sedih, atau takut. Seringkali
perasaan itu hilang sejalan dengan selesainya permasalahan yang kita hadapi.
Namun terkadang perasaan itu berkembang menjadi masalah yang lebih serius. Hal
itu bisa terjadi pada salah satu dari kita. Setiap individu memiliki cara yang
berbeda dalam mengatasi setiap masalah yang dihadapinya. Ada yang bisa bangkit
kembali dari kemunduran sementara ada orang lain yang mungkin merasa terbebani
oleh itu untuk waktu yang lama. Kesehatan mental yang kita miliki tidak selalu
sama. Dapat berubah karena adanya perubahan lingkungan serta kita yang terus
bergerak melewati tahapan kehidupan yang berbeda. Dengan adanya perubahan
tersebut, maka kita diharapkan mampu untuk tetap menjaga agar memiliki
kesehatan mental yang baik.
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan
mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri
sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di
sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang
secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Penyesuaiaan diri berhubungan dengan cara yang dipilih individu untuk mengolah
rangsangan, ajakan dan dorongan yang datang dari dalam maupun luar diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh pribadi yang sehat mental adalah
penyesuaian diri yang aktif. Penyesuaian diri orang yang sehat mental tidak
menyebabkan bergantinya kepribadian. Perubahan dalam diri, tidak berubah secara
drastis. Pada orang yang sehat mental stabilitas diri dipertahankan. Dalam
menyesuaian diri dengan lingkungan, individu dapat menerima apa yang ia anggap
baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia
miliki. Keadaan diri yang stabil dan berkesatuan itu selalu dipertahankan oleh
individu yang sehat.
Orang yang sehat melihat masalah nyata, apa yang
dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya berkaitan dengan masalah itu sebelum
menentukan tindakan yang akan diambil. Di sini terlihat bahwa orang yang sehat
memiliki kemampuan memahami realitas internal dan eksternal dirinya. Ia tidak
bereaksi secara mekanik atau kompulsif-repetitif tetapi berespons secara
realistis dan berorientasi pada masalah. Dengan batasan-batasan kesehatan
mental seperti yang diuraikan, kita dapat mengenali tanda-tanda gangguan
kesehatan mental. Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
menunjukkan adanya masalah kesehatan mental.
Individu yang tidak mampu mempertahankan stabilitas
diri juga mengindikasikan adanya gangguan mental dalam hal otonomi dan kesatuan
diri. Disintegrasi diri merupakan ciri utama pada gangguan-gangguan psikosis.
Ketiadaan atau kekurangan kemampuan menilai lingkungan dan diri sendiri secara
realistis sehingga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat juga menjadi indikasi
dari adanya gangguan atau hambatan dalam perkembangan mental. Gangguan yang
berkaitan dengan kemampuan menilai lingkungan dan diri secara realistis ini
dapat mengarahkan orang pada gangguan neurosis dan psikosis.
Emosi berasal dari bahasa latin movere yang berarti
bergerak menjauh, emosi ialah suatu konsep yang sangat mejemuk sehingga tiada
satupun definisi yang universal, tapi disini para ahli mengatakan bahwa emosi
merupakan kecenderungan untuk memiliki perasaan (Wiliiam James). Emosi
merupakan suatu kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaaN, napsu, setiap
keadaan mental yang merujuk pada suatu pikirisan yang khas (Daniel Goleman).
Ada banyak pelajaran berharga yang perlu dipelajari dari menaruh perhatian
sedekat-dekatnya pada emosi kita dan emosi orang lain. Ada beberapa macam
ekspresi dalam emosi, diantaranya :
1. Ekspresi
verbal : emosi yang dituang dalam menulis kata-kata, berbicara tentang emosi
yang dialami.
2. Ekspresi
non verbal : ekspresi dengan mimik wajah, vocal, perubahan fisiologis, gerak
dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosi.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima,
menilai,mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.
Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu
hubungan. Sedangkan, kecerdasan
(intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan
suatu hubungan.
Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai
tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa
kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual
dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.
Emosi pun dibagi menjadi 2 macam yakni emosi positif
seperti bahagia, rasa senang, dan segala hal yang menyenangkan, dan emosi
negatif sepeti kecewa, sedih, takut, dan segala yang yang tidak
menyenangkan.
Lalu, kecerdasan emosi lebih di istilahkan adalah
suatu peristiwa untuk lebih mengerti keadaan orang lain, yang penjelasannya
berbeda dengan kematangan emosi, karna jika kematangan emosi ialah lebih dewasa
dalam pola pikir dan tingkah laku. Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi
adalah kemampuan untuk mengenai perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi merupakan kualitas
untuk mengenali emosi pada diri sendiri kemudian emosi tersebut di kelola dan
digunakan untuk memotivasi sendiri dan memberi manfaat dalam hubungannya dengan
orang lain sehingga individu dapat berinteraksi dengan baik.
Menurut Bar-On kecerdasan emosi merupakan sekumpulan
kecakapan dan sikap yang jelas perbedaannya namun saling tumpang tindih.
Kumpulan tersebut dikelompokan menjadi 5:
1. Intrapribadi
: terkait dengan kemampuan untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri yaitu
melingkupi : kesadaran diri, sikap asertif, kemandirian, dan aktualisasi diri.
2. Antarpribadi
: ranah antar pribadi berkaitan dengan ketrampilan bergaul yang dimiliki
individu yaitu berkemampuan untuk berinteraksi dan bergaul baik dengan orang
lain, wilayah ini dibagi menjadi 3 : empati, tanggunga jawab, dan hubungan
antarpribadi.
3. Penyesuaian
diri : kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis, dan untuk memecahkan
aneka masalah yang muncul. Wilayah ini dibagi menjadi 3 : uji relistis, sikap
fleksibel, dan pemecahan masalah.
4. Pengendalian
stress : berkaitan dengan kemampuan individu untuk menghadapi stress dan
mengendalikan implus, wilayah ini dibagi menjadi : ketahanan menanggung stress
dan pengendalian implus.
5. Suasana
hati : ranah suasana hati terdiri dari : optimisme dan kebahagiaan.
Aspek-aspek kecerdasan emosi :
1. Mengenali
emosi sendiri
2. Mengelola
emosi
3. Memotivasi
diri sendiri
4. Mengenali
emosi orang lain
5. Membina
hubungan.
Menurut Back (dalam Hurlock 2006) seseorang yang
memiliki kecerdasan emosi yang baik, akan lebih mampu mengatur emosinya
sehingga dapat meminimalisasikan atau bahkan menghindari perasaan cemas.
Goleman (2007) menyatakan bahwa individu yang mempunyai kecerdasan emosi yang
tinggi akan lebih luas pengalaman dan pengetahuannya daripada individu yang
lebih rendah kecerdasan emosinya. Individu yang kecerdasan emosinya lebih
tinggi akan lebih kritis dan rasioal dalam menghadapi berbagai macam masalah.
Dengan demikian, orang yang kecerdasan emosinya tinggi akan memikirkan pula
akibat-akibat yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang untuk kelangsungan
hidupnya.
Kecerdasan emosi yang diungkap berbagai tokoh diatas
mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi diperlukan seseorang dalam menghadapi
suatu masalah yang memungkinkan timbulnya tekanan atau kecemasan pada orang
tersebut. Sejalan dengan penelitian Gohm di University Of Mississippi menyatakan
bahwa kecerdasan emosi diperlukan oleh setiap individu untuk memahami diri kita
sendiri maupun orang lain, mengontrol emosi, menyelesaikan masalah dengan baik,
dan membantu kita membuat penilaian objektif terhapap orang lain. Tanpa
kecerdasan emosi kita tidak dapat membuat kemampuan-kemampuan kognitif sesuai
dengan potensi yang maksimal. Kecerdasan emosi tersebut akan mempengaruhi
perilaku tiap individu dalam mengatasi permasalahan yang muncul termasuk
permasalahan kerja (Melianawati, dkk, 2001).
Banyak contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang
yang memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi
belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang
berpendidikan formal lebih rendah ternyata banyak yang lebiih berhasil.
Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal, padahal yang
diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati seperti
ketangguhan, inisiatif, optimism, kemampuan beradaptasi. Saat ini begitu banyak
orang yang berpendidikan tinggi dan tampak menjanjikan namun kariernya mandek.
Atau hal buruknya ialah tersingkir karna kecerdasan hati yang rendah.
Salah satu aspek penting dari kecerdasan emosional
adalah kemampuan untuk memahami, mengendalikan dan mengevaluasi emosi dalam
diri sendiri dan orang lain dan menggunakannya sebagai informasi yang tepat.
Sebagai contoh, kecerdasan emosional dalam diri sendiri dapat membantu Anda
mengatur dan mengelola emosi Anda, sementara mengakui emosi orang lain dapat
menciptakan empati dan keberhasilan dalam hubungan Anda, baik hubungan pribadi
maupun hubungan profesional.
Pada tahun
1990, psikolog Yale John D. Mayer dan Peter Salovey memunculkan istilah
kecerdasan emosional, yang beberapa peneliti mengklaim bahwa ini adalah
karakteristik bawaan, sementara yang
lain menunjukkan bahwa Anda dapat mengembangkan dan meningkatkannya. Mungkin
tidak semua dari anda memiliki psikoterapis untuk meningkatkan kecerdasan
emosional anda, namun kini Anda bisa menjadi terapis sendiri. Hal yang sama
juga dilakukan oleh Freud, seorang tokoh
psikoanalisis. Semua itu dimulai dengan belajar bagaimana untuk
mendengarkan perasaan-perasaan Anda. Meskipun tidak mudah, mengembangkan
kemampuan untuk mengelola emosi Anda sendiri.
HUBUNGAN
KESEHETAN MENTAL DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok
utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola
emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon
dan ber negosiasi dengan orang lain
secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk me-motivasi
diri.
Pernyataan dari Peter Salovey, John Mayer, dan lima
pokok utama dari Howard Gardner ini sesuai dengan konsep kesehatan mental,
bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, dan di dalam jiwa
yang sehat terdapat mental yang sehat serta kecerdasan emosional yang baik.
Kecerdasan emosional yang baik seperti upaya pengendalian emosi yang baik,
mampu membuat respon dengan kepekaan social yang dimiliki terhadap peristiwa di
sekitar, atau dapat dikatakan secara mental mempunyai self esteem & self
awareness yang tinggi serta social learning yang baik sehingga tahu bagaimana
harus bersikap.
Hubungan kesehatan mental dengan kecerdasan emosi
adalah keadaan berhubungan atau di hubungkan, sesuatu yang dipakai untuk
berhubungan atau menghubungkan, pertalian, sangkut paut, dan keterkaitan kontak
atau ikatan. Hubungan yang dimaksud dalam penulisan ini ialah hubungan antara
kesehatan mental dengan kecerdasan emosi dimana individu memberikan adanya
keterkaitan antara kedua teori tersebut. Dalam kedua pemahaman diatas dapat
dijelaskan hubungannya. Bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dimana
psikologis (penyesuaian diri terhadap psikis) seperti perasaan, pikiran, dan
kehendak yang berjalan secara seimbang. Dan kecerdasan emosi merupakan suatu
peristiwa untuk lebih mengerti keadaan orang lain. Dimana ketika kita bisa bisa
menyeimbangkan perasaan ( sehat mental ) maka kita akan mampu untuk mengerti
keadaan orang lain ( kecerdasan emosi).
Kesehatan mental seseorang sangat berpengaruh dalam
kecerdasan emosinya. Pepatah kuno Solomon, “ Hati yang riang adalh obat yang
baik”, menjadi acuan bagi penelitian setiap saat. Emosi negative seperti
kecemasan dan putus asa sering kali dihubungkan dengan kesehatan fisik dan
mental yang buruk, dan emosi positif seperti harapan, dihubungkan dengan
kesehatan yang baik dan kehidupan yang lebih lama. Karena otak berinteraksi
dengan semua system biologis tubuh, perasaan dan kepercayaan berpengaruh
terhadap fungsi tubuh, termasuk fungsi system imun. Suasana hati negative
rupanya menahan fungsi system imun dan meningkatkan kerentanan pada penyakit,
suasana hati yang posisitf tampaknya mempertinggi fungsi imun.
Apabila kondisi psikis nya sehat maka akan mudah
menyesuaikan diri dan kecerdasan emosi ialah suatu peristiwa dimana seseorang
lebih mengerti keadaan orang lain. Jadi bisa dikatakan orang-orang yang punya
sikap optimis, inisiatif, atau hal-hal yang menyangkut suara hatinya ialah orang-orang
yang sehat mentalnya. Orang yang sehat mentalnya tentunya akan cerdas pula
emosinya.
Keceradasan merupakan sebuah faktor yang datangnya
dari kognitif (otak), begitupun dengan emosi yang terdapat dibagian amygdala
otak. Richard Lazarus pencetus teori kognitif tentang emosi mengatakan bahwa
emosi yang kita rasa merupakan penilaian atau evaluasi atas info yang berasal
dari situasi lingkungan dan dari dalam tubuh. Karna itu situasi yang sama bisa
menimbulkan penilaian dan penafsiran yang beda dan karna itu menimbulkan emosi
yag beda pada orang-orang yang mengalaminya.
Karna akan ada perubahan fisiologis ketika kita
merasakan emosi, diantaranya :
1. Galvanic
skin response
2. Peredaran
darah
3. Denyut
jantung
4. Napas
5. Reaksi
pupil mata
6. Sekresi
air liur
7. Respon
pilomotor
8. Gerakan
usus
9. Ketegangan
otot
10. Komposisi
darah
Ada kecenderungan alamiah untuk menyambut
emosi-emosi positif (seperti kenikmatan), tetapi memperlakukan emosi-emosi
negatif (seperti kemarahan) sebagai malapetaka yang perlu dicampakkan. Namun
ingat-ingatlah, emosi negatif merupakan bagian dari manusia seutuhnya. Emosi
negatif itu juga bisa berharga dan konstruktif. Emosi negatif itu cenderung
mempersempit fokus perhatian pada tindakan-tindakan yang membantu para leluhur
kita untuk bertahan hidup: melarikan diri, menyerang, membuang racun, dan
sebagainya. Secara demikian, kepedihan yang berlangsung lama dapat mendorong
orang untuk mencari bantuan, memperbaiki hubungan, atau pun menemukan arah baru
dalam kehidupan. Sebaliknya, emosi positif bukanlah sekadar efek samping yang
menyenangkan dari keadaan-keadaan bahagia; emosi positif itu cenderung
memperluas fokus perhatian kita. Sebagai misal, emosi-emosi seperti kenikmatan,
minat, dan kepuasan-hati menciptakan dorongan untuk bermain, kreatif, merambah,
menyelamatkan kehidupan, mencari pengalaman baru, melakukan integrasi, dan
mengembangkan diri. Ini semua membuka kemungkinan-kemungkinan baru dan
mendorong pengembangan diri dan peluasan jaringan sosial. Kebahagiaan dapat
dibudidayakan dengan menggunakan kekuatan-kekuatan yang sudah kita
punyai–termasuk keramahan, orisinalitas, humor, optimisme, dan kemurahan-hati.
Kekuatan semacam itu merupakan benteng alamiah terhadap kesialan. Kekuatan
semacam itu dapat pula turut menjadikan orang menjalani hidup dengan lebih
positif, kehidupan yang sungguh-sungguh bahagia. Kapasitas untuk memiliki
emosi-emosi positif itu merupakan kekuatas-dasar manusia, dan membudidayakan
perasaan yang baik itu merupakan bagian dari kecerdasan emosional.
Individu
yang memasuki masa transisi remaja awal memiliki kecerdasan emosi dan kesehatan
mental yang labil. Semakin baik kecerdasan individu dalam pengelolaan emosi
semakin baik pula tingkat kesehatan mentalnya. Konteks kecerdasan emosi itu
sendiri mencakup tentang pengendalian diri, penghargaan terhadap orang lain,
dan penyelesaian terhadap persoalan yang dihadapi. Hal ini dapat didapatkan
jika kesehatan mental seseorang dapat dikelola dengan baik.
Sumber
:
Dewi, Kartika Sari. (2012) Buku Ajar Kesehatan
Mental. Semarang : Universitas Dipenogoro.
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Experience
human development 12th ed. Jakarta: Salemba Humanika.
Feist, G. J., & Feist, J. (2010). Theories of
personality 7th ed. Jakarta: Salemba Humanika
Basuki, Heru. (2008). Psikologi umum 1. Jakarta:
Universitas Gunadarma
Siswanto (2007). Kesehatan Mental – Konsep, Cakupan
dan Perkembangannya. Jakarta. : Andi
Soleman, Daniel. (2000). Emotional Intelligence.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Semiun Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1.
Yogyakarta: Kansius.
Sugiarto, Dady. (2012). Hubungan Kecerdasan Emosi
Dengan Daya Tahan Stres Mahasiswa Universitas Sunan Kalijaga. Yogyakarta :
Ringkasan Skripsi.
Dewi, Artika Kumala. (2011). Hubungan Kecerdasan
Emosi Dengan Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Pegawai Negeri Sipil. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
file:///E:/Kuliah%20Kuliah/JURNAL%20indo/Kecerdasan%20emosional%20_%20ARI%20FEBRIANTARI%20NI%20PUTU%20-%20Academia.edu.htm
ternyata ada keterkaitannya ..
BalasHapus