Contoh kasus
Seorang wanita usia setengah baya datang ke tempat praktek
seorang psikolog karena memiliki permasalahan dengan kehidupan rumah tangganya.
Penampilan wanita ini cukup unik dengan rambut berwarna dan pakaian yang serba
minim. Menyikapi hal ini tentu saja psikolog tidak boleh berprasangka terlebih
dahulu seperti berpikir yang tidak-tidak mengenai klien ini, hal ini merupakan
aplikasi dari salah satu formulasi penting menurut Roger yaitu anggapan positif
tanpa syarat, di mana terapis harus menerima keberadaan klien apa adanya tanpa
pembedaan baik dan buruk. Kemudian proses wawancara sebagai instrumen utama
dilakukan, klien mulai menceritakan
masalah apa yang dihadapinya.
Klien ini bercerita bahwa dirinya kurang dapat menikmati kebahagiaan hidupnya lagi akibat tekanan dan beban hidup. Selama mendengarkan keluh kesah klien ini, psikolog haruslah melakukan kongruensi, menyamakan pola pikirnya dengan pola pikir klien walau mungkin tidak sesuai, dengan anggapan bahwa klien adalah orang paling ahli dalam kehidupan dan masalahnya. Selain itu empati juga perlu dilakukan, psikolog mencoba ikut masuk dan merasakan apa yang dirasakan klien melalui keluh kesahnya. Terapis menggunakan perasaannya dalam menghadapi klien, dan terapis menjadi observer menggunakan seluruh inderanya.