No
|
NPM
|
Nama
|
Kinerja
|
1
|
10513776
|
Amar Ma’ruf Hadyan M
|
Mencari materi
mengenai peran sosial individu
|
2
|
11513863
|
Chairunnisa
|
Mencari materi
faktor - faktor yang mempengaruhi Perilaku Prososial
|
3
|
11513903
|
M.Fajar Gunawan
|
]Mencari materi
mengenai peran sosial Individu dalam internet berkaitan dengan Prososial.
|
4
|
17513576
|
Rianggo
Fakhruzzaman
|
Mencari definisi perilaku
prososial.
|
5
|
18513562
|
Siti Luthfiyatul Barry
|
Mencari materi
mengenai peran sosial individu.
|
6
|
19513919
|
Yosepine Damanik
|
Mencari pengertian
prososial Menurut para Tokoh.
|
Psikologi dan Internet dalam Lingkup Intrapersonal
( Peran Sosial Individu )
Teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial (misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran sosial adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku seseorang yang harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang-orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksikan, dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan posisi sosial dan faktor-faktor lain.
Peranan sosial merupakan aspek yang timbul dari status/kedudukan. pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya.Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena peranan selalu melekat sesuai dengan status yang diembannya. Tidak ada peran tanpa status sosial atau sebaliknya. Peran sosial bersifat dinamis sedangkan status sosial bersifat statis. Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena peran mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian pola peran sama dengan pola perilaku.
Pola peran dalam
masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga macam, berikut ini.
a. Peran ideal,
yaitu peran yang diharapkan masyarakat terhadap status-status tertentu.
Misalnya peran ideal seorang siswa adalah rajin belajar, sopan-santun, dan
pandai.
b. Peran yang
diinginkan yaitu peran yang dianggap oleh diri sendiri. Misalnya seorang ibu
tidak ingin berperan sebagai kakak bagi anak perempuannya yang menginjak
remaja.
c. Peran yang
dikerjakan yaitu peran yang dilakukan individu sesuai dengan kenyataannya.
Misalnya seorang bapak berperan sebagai kepala keluarga.
Di dalam masyarakat banyak individu yang memiliki lebih dari
satu peran yang berbeda-beda. Kondisi ini dapat berakibat dinamis bagi peran
sosial, namun dapat pula menimbulkan konflik, ketegangan, kegagalan, dan
kesenjangan dalam berperan. Konflik peran sosial timbul jika orang harus
memilih peran dari dua status atau lebih yang dimilikinya pada saat bersamaan.
Contohnya seorang guru yang juga seorang ibu rumah tangga,
pada saat putrinya sakit. Pada waktu yang bersamaan ia harus memilih antara
mengajar atau membawa putrinya ke dokter. Pada saat ia memutuskan mengantar
putrinya ke dokter, dalam dirinya terjadi konflik karena pada saat yang sama
tidak bisa menjalankan peran sebagai guru.
Dalam kehidupan sehari-hari, peranan menjadi penting karena
berfungsi untuk mengatur perilaku seseorang. Pada beberapa kasus, peranana
menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain.
Orang yang bersangkutan akan dapat
menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang disekitarnya.
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau satatus, peranan adalah perilaku
yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanankan hak dan kewajiban sesuai
dengan status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peranan tanpa
status dan tidak ada status peranan.
Interaksi social yang ada dalam masyarakat merupakan hubugan
antara peranan-peranan individu masyarakat. Ada 3 hal yang tercakup dalam
peranan. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :
1.peranan meliputu norma-norma yang berhubungan dengan
posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
2.peranan merupan suatu konsep tentangapa yang dapat
dilakukan oleh individu dlam masyarakat sebagai organisasi.
3.peranan merupakan perilaku individu yang penting bagi
struktur social masyarakat.
Selama seperti status, peranan dapat dimiliki manusia sejak ia dilahirkan atau
diperolehnya dari lingkungan sosialnya. Peran-peran tesebut harus dilaksanakan
sekaligus. Disinilah akan terjadi konflik peranan. Contohnya, sebagai ketua
PKK, ibu hermin harus menghadiri rapat, namun pada saat yang sama, ia harus
mengantar anaknya kerumah sakit.
Definisi perilaku
prososial
Perilaku prososial merupakan tindakan bertujuan untuk
kepentingan orang lain (Kassin, Fein & Markus, 2011). Lebih lanjut,
perilaku prososial merupakan semua jenis tindakan yang dimaksudkan untuk
memberikan manfaat bagi orang lain selain diri sendiri, seperti bekerja sama,
berbagi, dan menghibur (Batson, dalam Sanderson, 2011). Prososial diartikan
sebagai sosial positif, sehingga perilaku prososial merupakan perilaku yang
mempunyai akibat atau konsekuensi yang positif bagi orang lain, sehingga ketika
seseorang melakukan bantuan terhadap orang lain, prososial memiliki arti
sebagai sosial positif atau mempunyai konsekuensi positif (Fetchenhauer, dkk,
2006). Sosial positif ini didasarkan atas nilai-nilai positif yang ada di
masyarakat dan biasanya di tuntut untuk dilakukan (Staub, dalam Ma, Li, &
Pow, 2011).
Pengertian Prososial
Menurut para Tokoh.
Menurut O. Sears. Peplau, dan Taylor pengertian perilaku
prososial mencakup kategori yang lebih luas, segala bentuk tindakan yang
dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan
motif-motif si penolong.
Pengertian perilaku prososial adalah segala bentuk tindakan
positif yang diberikan pada orang lain tanpa keinginan untuk memperoleh imbalan
untuk kepentingan diri sendiri (Edwin P Holiander).
Perilaku prososial ialah tindakan sukarela yang dilakukan
sesorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan
imbalan apa pun atau perasaan telah melakukan kebaikan (David O.Sears. dkk,
1991).
Robert A. Baron dan Donn Byrne (2004) mengungkapkan bahwa
perilaku prososial dapat didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki
konsekuensi positif orang lain. Myers. Mengatakan bahwa perilaku adalah
kepedulian dan pertolongan pada orang lain yang dilakukan secara suka rela dan
tidak mengharapkan imbalan apapun.
Prososial bisa terjadi karena ada nya Empati, Norma sosial
dan Perkembangan Kognisi seseorang dimana perilaku menolong lebih didasarkan,
kepada pertimbangan hasil.Semakin dewasa anak itu semakin tinggi kemampuannya
untuik berfikir abstrak, semakin mampu ia untuk mempertimbangkan usaha atau
biaya yang harus ia korbankan. Untuk perilaku menolong itu jika seseorang
merasa mampu, maka ia cenderung menolong jika seseorang merasa tidak mempu maka
seseorang cenderung utuk tidak menolong.
Peran sosial Individu
dalam internet berkaitan dengan Prososial
Jejaring sosial merupakan ilmu yang mempelajari mengenai
pola interaksi dalam masyarakat. Menurut definisi oleh Wasserman dan Faust
(1994) jejaring sosial dapat dipandang sebagai sistem hubungan sosial ditandai
dengan serangkaian actor dan ties dalam sosial mereka. Secara umum actor
mengacu kepada perorangan, organisasi, industri, atau bahkan suatu negara.
Actor juga didefinisikan sebagai social entities, dapat berupa individu maupun
kolektif dalam unit sosial dihubungkan dengan garis konektivitas (ties). Garis
konektivitas membentuk jaringan sosial secara langsung dan tidak langsung, hal
tersebut berdasarkan konfirmasi dari hubungan oleh para actor (Cross &
Parker, 2004). Tiesdidasarkan pada percakapan, kasih sayang, persahabatan,
kekerabatan, otoritas, pertukaran informasi, atau hal lain yang membentuk dasar
dari sebuah hubungan sosial (Newman, 2004). Kuat lemahnya ties dalam suatu
jejaring sosial oleh Granovetter (dalam Carolan & Natriello, 2006)
dipengaruhi oleh 4 kriteria sebagai berikut ;
1. Durasi
2. Intensitas emosional
3. Keintiman
4. Pertukaran layanan atau bantuan
Jejaring sosial menunjukan bagaimana hubungan individu
menghubungkan orang-orang , kelompok atau organisasi dalam menghasilkan peluang
serta konteks untuk perilaku manusia, dan berguna dalam memvisualisasikan pola
dalam interaksi sosial (Scott, 2000). Dalam jaringan sosial,interaksi mengacu
pada suatu jenis hubungan, yang diwujudkan oleh berbagai jenis bentuk hubungan
sosial, baik positif maupun negatif, seperti persahabatan, kerjasama,
kepercayaan, atau bahkan konflik dan pertentangan (Carrington, Scott &
Wasserman, 2005). Christakis dan Fowler (2010) berpendapat bahwa, jikaseseorang
yang tidak pernah bersikap murah hati atau bersikap altruistik terhadap teman
dalam ikatan jejaring sosial, seperti tidak pernah berbalas budi atau, lebih
buruk, selalu melakukan kekerasan terhadap satu sama lain, ikatan sosial yang
dimilikinya akan terputus dan jaringan pertemanan akan hancur.
Perilaku prososial dapat mengurangi perilaku antisosial, yang secara sederhana,
digambarkan sebagai perilaku yang tidak diinginkan dalam lingkungan sosial
merupakan lawan dari perilaku prososial (Millon, dkk, dalam Millie 2009). Bisa
dikatakan bahwa perilaku prososial dan antisosial sangat berkaitan. Perilaku
antisosial lebih mengarah menentang pada norma norma yang berlaku pada
masayrakat (Connor, 2002)
Faktor - faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Prososial
Menurut Sears, dkk. (1985) faktor
penentu perilaku prososial yang spesifik antara lain :
1. Karakteristik situasi.
Perilaku prososial dapat dipengaruhi faktor-faktor
situasional seperti kehadiran orang lain (bystander effect), sifat lingkungan
fisik seperti cuaca, ukuran kota dan derajat kebisingan serta tekanan
keterbatasan waktu.
2. Karakteristik penolong.
Karakteristik penolong yang mempengaruhi perilaku prososial
antara lain suasana hati, rasa bersalah, distress diri dan rasa empatik.
Distress diri adalah reaksi pribadi seperti perasaan terkejut, takut, cemas,
prihatin, tidak berdaya, atau perasaan apapun yang dialami terhadap penderitaan
orang lain, sedangkan rasa empatik adalah perasaan simpati dan perhatian
terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak
langsung merasakan penderitaan orang lain. Kaitan antara kepribadian dan
pemberian bantuan tergantung pada sifat tertentu yang dibahas dan jenis bantuan
tertentu yang dibutuhkan.
3. Karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan.
Seseorang cenderung menolong orang yang disukai dan anggap
pantas untuk ditolong. Menurut Staub (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003)
terdapat beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial
yaitu :
- Self Gain, yaitu harapan seseorang untuk memperoleh atau
menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapat pengakuan, pujian
atau takut dikucilkan.
- Personal Values and Performs, yaitu adanya nilai-nilai dan
norma sosial yang diinternalisaikan oleh individu selama mengalami
sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan
tindakan prososial seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan
serta adanya norma timbal balik.
- Emphaty, kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan
atau pengalaman orang lain. Prasyarat untuk melakukan empati, individu
harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan peran.
Selain faktor-faktor tersebut, para
ahli mengelompokkan faktor yang mempengaruhi perilaku prososial menjadi faktor
situasional dan faktor personal (Dayakisni & Hudaniah, 2003). Faktor-faktor
situasional yang berpengaruh dalam perilaku prososial antara lain kehadiran
orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan, pengalaman dan suasana hati,
kejelasan stimulus, adanya norma-norma sosial, serta hubungan antara calon
penolong dengan si korban. Faktor personal yang mendorong perilaku prososial
antara lain empati yang tinggi, harga diri yang tinggi, kebutuhan akan
persetujuan orang lain yang rendah, penghindaran tanggung jawab yang rendah,
lokus kendali internal serta adanya keyakinan dalam diri individu bahwa dunia
adalah adil dan dapat diprediksi bahwa perilaku yang baik akan memperoleh ganjaran
sedang perilaku jahat akan memperoleh hukuman.
Di lain pihak Eisenberg &
Mussen (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) menemukan bahwa anak yang lebih
ekspresif khususnya pada perasaan yang positif lebih cenderung prososial dan
spontan dalam melakukan tindakan prososial baik di kelas ataupun di lain
situasi. Demikian juga sosiabilitas dan kesukaan berteman juga ditemukan
berkorelasi dengan tindakan prososial.
Baron & Byrne (2003) menyatakan
bahwa terdapat faktor situasional maupun faktor personal yang mendukung atau
menghambat tingkah laku menolong.
Faktor- faktor situasional tersebut antara lain :
- Daya tarik
Daya tarik korban (fisik maupun ke
miripan dengan penolong) cenderung meningkatkan kemungkian terjadinya respon
prososial apabila individu tersebut membutukan pertolongan.
- Atribusi
Individu cenderung dapat
menahanperilaku prososial jika kondisi korban diatribusikan sebagai akibat dari
kesalahannya sendiri.
- Model-model prososial
Model-model prososial dapat
diperoleh dari model sosial yang kuat dari
bystander lain, maupun model-model dalam media.
Faktor-faktor yang termasuk sebagai faktor personal
antara lain :
- Keadaan emosional bystander.
Individu yang berada dalam kondisi emosional
yang buruk dapat menjadi kurang prososial karena merasa kondisinya tidak lebih
baik dari orang lain.
- Empati.
Empati merupakan kemampuan individu
untuk dapat merasakan perasaan atau pengalaman orang lain.
- Faktor kepribadian lain seperti kebutuhan
akan persetujuan, kepercayaan interpersonal, rasa kenyamanan, motivasi
prestasi, kemampuan sosial dan keadaan emosional serta machiavellianis
atau orang-orang yang dikarakteristikkan oleh ketidakpercayaan, sinisme,
egosentris dan kecenderungan untuk memanipulasi orang lain. Penelitian
pada anak menunjukkan bahwa kecenderungan prososial dapat menjadi bagian
dari skema diri dan kemudian diaplikasikan pada situasi spesifik dimana
pertolongan dibutuhkan.
Dari uraian-uraian di atas dapat
dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial terdiri
dari faktor situasional dan faktor personal. Faktor situasional antara lain
kehadiran orang lain (bystander effect), sifat lingkungan fisik seperti cuaca,
ukuran kota dan derajat kebisingan, lingkungan sosial, serta model-model
prososial. Sedangkan yang termasuk faktor personal umumnya berkaitan dengan
kondisi psikologis seseorang.
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_peran
eprints.uns.ac.id/7073/1/213751011201101201.pdf